Seperti daun yang mulai mengering dan tiba-tiba ditiup badai yang serta merta
datang yang melepaskan tangkai dari dahan untuk kemudian terjatuh dan hilang terbang
terbawa badai entah kemana
Kala senja disaat ini yang tak lagi tentram dalam kekangan rasa sedih yang
mendekap sesak, Seperti kerinduan yang tak lagi mampu disatukan, kan suatu masa
tentang kita suatu masa yang serta merta, suatu masa yang pada akhirnya telah
menjadi tak sempurna.
Haruskah ku dendangkan tentang lirih sunyi pada senja ini?
Atau melangkah saja menjauh pergi...
33 tahun bukan waktu yang sebentar untukku memujamu, kucumbui engkau dalam anganku, kumulyakan engkau dalam doa doaku, iya begitu sempurnanya rasa ini tersimpan rapi, sehingga suatu masa kejaiban Tuhan membrikan kesempatan untukku memilikinya sekejab mata, iya sekejap mata, Trimakasih Tuhan Engkau jawab doa ku meski hari ini semua itu meninggalkan duka yang terdalam.
Kabut senja hari ini menenggelamkan pertautan jingga diujung senja,yang perlaham gelap menerpa dalam keterpakuan akan semua impian dan harapan yang makin suram dibekab malam.
Yang laki laki berjubah sunyikembali termenung menunggu pagi,berharap waktu segera berlalu da mentari pagi bisa menhangatkan jiwa ini dan menatata kembali sisa sisa reruntuhan yang mungkin masih bisa disatukan kembali.
Putri dari negeri Dewa dewa, ketahuilah, Rasa ini tumbuh dengnan suburnya dan semakin subur dalam jambangan jiwa setelah terpupuk dengan penderitaan, kesedihandan dan disirami air mata.
Aku tau, aku tersiksa atas semua ini, aku terluka atas
semua yang teradi, tapi aku tak tau kenapa tak mampu mencabutnya rasa ini, duka
ini begitu besar, luka ini begitu dalam dan keanehan yang tak bisa kumengerti, kenapa
tak sedikitpun aku mampu membencimu, apalagi melupakanmu, entah betapa
berartinya dirimu bagiku, aku tak tau.
Putri, hari ini aku hanya bisa merawat luka ini, merawat rasa yang begitu besar ini, biarlah dia semakin besar, ku berharap semoga rasa ini nantinyaakan berbuah yang sangat manis sekali suatu saat nanti.
Aku mennggumu dibatas batas senja, aku menunggmudi batas
batas waktu, berharap kamu mau menengokku meski sekejap mata.
Melangkahlah Putri, ku takkan menangisi senja ini yang merangkak
perlahan menjadi malam, ketika kita sama-sama terdiam bercerita lirih pada diri
sendiri, Pada hati kita yang pernah terpaut oleh janji-janji yang berusaha kita
jadikan abadi
Aku takkan lari sembunyi, Kala malam menyergap membawa pekat, Ketika kita sama-sama tak peduli Pada masa yang semakin terlihat lusuh,Pada hari
yang beranjak dengan tanya yang tak pernah terjawab
Aku takkan menyesali waktu yang terus berlalu, Karena kita memang seperti
itu...
Dan Terbanglah Putri, Terbanglah seperti burung-burung walet, Kembangkan
sayapmu, meliuklah, Jadikan harimu indah, jadikan damai Iringi tarian
pucuk-pucuk pohon, Candai hembusan angin, Buyarkan kebekuan kabut, Belah
cakrawala ini dengan keyakinanmu
Terbanglah Putri, Bebaskan dirimu dari belenggu jiwa, Lepaskan segala duka ,
Lepaskan
segala bimbang, Lepaskan seiring kepak sayapmu, Seiring laju tubuhmu jelajahi
semesta
Terbanglah Putri, Jadikan langit biru bagai kanvas, Tempat kau lukis hidupmu, Kau simpan
sejarahmu, Dalam keagungan semesta raya, Dimana akan menjadi penyadar khilafmu.
Sebagai penuntun, sebagai menuntun
Terbanglah Putri, Terbanglah dan aku akan menjadi ranting, Tempat sejenak
lelahmu, Sesaat
galaumu, Sekejap inginmu, Hingga menyatu kembali hastratmu, Terbentuk anganmu, Dan
terbanglah seperti burung-burung walet Putri.