75.000 TAHUN LALU MANUSIA TELAH ADA DI LUHAK LIMO PULUAH

Prasetyo Budi
Sabtu, 01 Maret 2025 | Maret 01, 2025 WIB Last Updated 2025-03-01T12:02:36Z


QBeritakan.com - Ciloteh Tanpa Suara- Setelah melihat bukti dengan berkunjung ke Nagari Maek yang mempunyai julukan Nagari 1000 Menhir. Dimana, dari sisi tipologi kebudayaan, posisi awal kebudayaan Maek berada pada level Zaman Batu Besar ( Megalitikum), kira-kira 2500 - 1500 SM. Tradisi Kebudayaan ini terus berlanjut hingga abad ke 7 Masehi, Ketika peradaban Islam menguasai jalur Samudera Hindia dan masuk ke Sumatera Barat.

Bukti lain, di Kawasan Luhak Limopuluah telah hidup orang di goa goa 75.000 tahun lalu. Hal ini ditemukan pada Situs Goa Lida Ajer (Goa Lidah Air) yang berada di kawasan perbukitan Kojai di Nagari Tungkar, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota. Sekitar 20 kilometer dari arah selatan Kota Payakumbuh. Secara astronomis berada pada titik koordinat S 0°19’06.6″ E 100°35’37.3″ dengan ketinggian 700 mdpl.

Goa Lidah Air berada pada lereng Bukit Sidayu. Sebelah utara berbatasan dengan Bukit Sidayu, sebelah selatan dengan Bukit Patopang, sebelah barat dengan Bukit Sidayu, dan sebelah timurnya berbatasan dengan Puncak Itiak.

Goa ini pernah diekskavasi peneliti Belanda, Eugene Dubois, tahun 1890, dan menghasilkan sejumlah temuan arkeologi yang telah lama memberikan petunjuk tentang sejarah manusia.

Ahli paleoantropologi Belanda Eugene Dubois pertama kali menggali gua tersebut sebelum tahun 1890, dan Lida Ajer telah menemukan banyak sisa-sisa hewan yang diawetkan, termasuk gigi yang diidentifikasi sebagai manusia dan menghasilkan sejumlah temuan arkeologi yang telah lama memberikan petunjuk tentang sejarah manusia.


Baru sekarang gua tersebut telah diberi tanggal dengan cermat dan menyeluruh, memberikan bukti baru bahwa spesies kita ada di wilayah tersebut lebih dari 60.000 tahun yang lalu. Itu berarti 20.000 tahun lebih tua dari bukti kerangka manusia tertua sebelumnya di wilayah tersebut. Namun tanggal-tanggal baru ini sejalan dengan bukti genetik yang ada, serta rekonstruksi iklim dan permukaan laut pada saat itu.

Dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Nature , Kira Westaway dari Macquarie University di Australia dan rekan-rekannya melaporkan apa yang mereka temukan ketika meninjau kembali penemuan Lida Ajer. Mereka memeriksa ulang gigi tersebut, menunjukkan semua bukti bahwa gigi tersebut memang milik manusia modern secara anatomi, bukan milik orangutan atau primata lainnya. Dan mereka dengan hati-hati menentukan tanggal lokasi gua untuk menentukan berapa umur gigi tersebut.

Usia maksimum lapisan tempat ditemukannya gigi ditentukan sebagian dengan menentukan penanggalan stalaktit yang ditemukan di lapisan itu sendiri. “Stalaktit jerami… terlepas dan jatuh ke dalam sedimen di bawahnya dalam jangka waktu yang relatif singkat,” tulis para penulis, “dan oleh karena itu umumnya mewakili usia yang mendekati waktu pengendapan sedimen yang sebenarnya.”

Dalam kasus ini, penanggalan seri U—sebuah teknik yang didasarkan pada tingkat peluruhan uranium—menempatkan stalaktit tersebut berusia sekitar 84.000 tahun, menunjukkan bahwa ini adalah gigi manusia tertua yang pernah ada. Margin kesalahannya sekitar seribu tahun, jadi perkiraan konservatif adalah 83.000 tahun. Penanggalan seri U dari batu-batu yang berada di atas lapisan krusial menunjukkan usia minimum 71.000 tahun yang lalu, dengan margin kesalahan 7.000 tahun. Hal ini menempatkan jangka waktu konservatif lapisan tersebut berusia antara 64.000 dan 83.000 tahun.

Penanggalan butiran kuarsa dan feldspar memberikan perkiraan umur antara 62.000 dan 85.000 tahun, sejalan dengan penanggalan seri U. Dan penanggalan fosil hewan yang ditemukan di lapisan tersebut—termasuk yang ditemukan oleh Dubois sendiri—menghasilkan penanggalan berusia antara 60.000 dan 86.000 tahun. Hal ini terkait erat dengan bukti genetik yang menunjukkan bahwa manusia sudah ada di wilayah tersebut sekitar 75.000 tahun yang lalu (dan dengan bukti baru mengenai kehadiran manusia purba di Laos).

Pada saat itu, Sumatera mungkin sudah terhubung dengan daratan di sekitarnya: rekonstruksi iklim dan permukaan laut pada saat itu menunjukkan bahwa wilayah tersebut sudah dapat diakses oleh manusia. Namun yang mengejutkan adalah Lida Ajer pada saat itu adalah hutan hujan.

Manusia mungkin sekarang tinggal di hutan hujan dan telah melakukannya selama beberapa waktu, namun ini adalah bukti pertama bahwa mereka telah menemukan cara untuk bertahan hidup di lingkungan tersebut sejak lama. Garis pantai memudahkan manusia untuk mencari nafkah, sementara hutan hujan mempunyai sumber makanan yang jauh lebih terbatas. Bukti keberadaan manusia yang menghuni hutan hujan lebih dari 60.000 tahun yang lalu menunjukkan bahwa manusia pada masa itu telah mengembangkan kecanggihan dan fleksibilitas teknologi pada tingkat tertentu, sehingga memungkinkan mereka untuk mengeksploitasi berbagai lingkungan yang berbeda.

Bukti koheren yang menunjukkan arah yang sama selalu merupakan pertanda baik, namun penemuan yang berkelanjutan akan membantu menyempurnakan gambaran ini, termasuk membantu para peneliti mengetahui rincian rute awal migrasi manusia—dan mungkin menemukan bukti lebih lanjut bahwa manusia mengeksploitasi berbagai habitat jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sumatera Barat dalam timnya melakukan observasi dan menyebutkan Goa Lidah Air tergolong pada kategori Goa Kapur (Limenstone) yakni goa yang terjadi di dalam daerah batuan kapur/limenstone, akibat dari pengikisan air terhadap batuan kapur di dalam tanah.

Goa Lidah Air gua yang dari keaktifannya termasuk pada goa semi-aktif. Kondisi dalam goa sedikit lembab, dengan kondisi tanah yang sedikit kering. Mulut goa menghadap ke arah timur, yang secara teknis dapat memberikan akses cahaya matahari ke area dalam goa. Mulut Goa dengan lebar 3,8 meter dan memiliki ketinggian 2,5 meter dari permukaan tanah.

Goa ini memiliki 2 ruangan utama yang sangat luas. Bagian dalam goa memiliki panjang 7,7 meter dan lebar 9 meter dengan ketinggian kurang lebih 8 meter. Jalan masuk menuju ruangan kedua sudah di pasang pintu teralis besi yang cukup kecil. Ruangan kedua ini lebih luas dari ruangan pertama dan juga terdapat banyak stalaktit dan stalagmit serta banyak kelelawar didalamnya.

Dari segi bentuk gua, Lidah Air tergolong pada Goa Horisontal yaitu Goa yang bentukan lorongnya relatif mendatar. Ornamen pada Goa Lidah Air ini cukup banyak diantaranya Stalaktit, Stalakmit, Column (pilar), Drapery/korden, Flowstone, Gourdam (kolam kecil), Helektite, Boulder, dan sebagainya.

Salah seorang Arkeolog dari BPCB Sumatera Barat, mengatakan dari hasil observasi di mulut goa terlihat pada dinding Utara lukisan goa berwarna putih. Gambarnya berbentuk manusia dengan gaya mengangkang. Lukisan yang terlihat di dinding utara tersebut secara tidak langsung mengisyaratkan adanya lukisan lainnya di bagian ruangan di dalam goa. (Bentuk-bentuk lukisan ini telah ditampilkan pada acara Pekan Budaya Luhak Limo Puluah tahun 2024)

Di bagian sebelah utara dinding di dalam goa ditemukan kurang lebih 53 buah lukisan yang berwarna putih dan berbentuk manusia mengangkang, juga ada yang berbentuk sedang berlari, bentuk mengangkang dengan tangan ke bawah dan ada juga yang berbentuk mengangkang dengan posisi tangan sejajar dengan bahu, di dekat dinding sebelah utara ada pertemuan antara stalaktit dan stalakmit yang menyatu dan membentuk seperti sebuah pilar.

Kemudian di dinding sebelah selatan ditemukan kurang lebih 14 buah lukisan yang berwarna putih dan berbentuk manusia mengangkang. Selain itu, ditemukan pula lukisan gua yang berwarna hitam.
Secara kronologi warna hitam memiliki umur yang lebih tua bila dibandingkan dengan warna putih. Lukisan yang berwarna hitam yang masih terlihat berjumlah 5 buah, yang salah satu bentuk yang cukup unik berbentuk manusia yang sedang menunggangi hewan.

Temuan lukisan gua warna hitam memang sangat jarang, karena selama ini temuan lebih pada lukisan yang berwarna putih seperti yang sebelumnya telah ditemukan di Ngalau Tompok (Situmbuk), dan juga Batu Basurek (Lintau Buo) di kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat.

Sumber :
Manusia sudah ada di Indonesia lebih dari 63.000 tahun yang lalu
Gigi manusia yang baru diberi tanggal mendukung bukti genetik yang ada.
Sumber :
https://arstechnica.com/science/2017/08/humans-were-in-indonesia-more-than-63000-years-ago/
Eugène Dubois’ work in Sumatra Paul C.H. Albers, Julien Louys and Alexandra A.E. van der Geer
http://www.rhinoresourcecenter.com/pdf_files/171/1713088115.pdf 

Di catat kembali di Pemandian Kasiah Bundo
Oleh SAIFUL GUCI, Pulutan 21 Februari 2025
#manusiagoa #fosilgigimanusia #goalidaajer #goalidahair #fyp #fbpro #jangkauanlebihluas @semua orang

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • 75.000 TAHUN LALU MANUSIA TELAH ADA DI LUHAK LIMO PULUAH

Trending Now