Hasil survei elektabilitas Pilkada Jatim 2024 setelah dilaksanakan debat pertama. (TribunNewsmaker/Kolase | Instagram @kpu_jatim)
QBeritakan.com - Dominasi Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak kian menguat jelang Hari-H pencoblosan.
Pilkada Jatim 2024 bakal digelar pada 27 November mendatang secara serentak se-Indonesia.
Banyak lembaga survei yang menempatkan pasangan calon nomor urut dua di posisi teratas.
Terbaru, Polbrain melakukan survei pada periode 18-23 Oktober 2024.
Bagaimana dengan hasilnya?
Survei yang digelar di 38 Kabupaten/kota di Jawa Timur ini melibatkan 1.000 responden.
Hasilnya, Pasangan Khofifah Indar Parawansa - Emil Dardak sebagai petahana mendapatkan elektabilitas 49,3 persen.
Angka itu ditempel oleh pasangan Tri Rismaharini - Gus Hans dengan elektabilitas 35,2 persen. Adapun pasangan Luluk-Lukman mendapat angka elektabilitas 5,3 persen.
"Sebanyak 10,2 persen responden menyatakan belum menentukan pilihan."
"Jika dilihat dari hasil survei ini, tampak pertarungan Pilkada Jatim hanya akan bertumpu pada pasangan Khofifah - Emil dan pasangan Risma - Gus Hans."
"Total dari responden pemilih kedua pasangan ini sudah lebih dari 85 persen," kata Direktur Eksekutif Polbrain, Airlangga Pribadi Kusman, Jumat (8/11/2024).
Berkaca dari hasil survei tersebut, Pilgub Jatim 2024 berpotensi menyuguhkan persaingan ketat antara Khofifah - Emil dan Risma - Gus Hans.
Apalagi, coblosan Pilgub Jatim 2024 yang kian dekat. Menurut Airlangga, pasangan Risma - Gus Hans memiliki peluang untuk mengejar Khofifah - Emil sebagai petahana.
Setidaknya ada tiga potensi yang dinilai menjadi modal sosial bagi pasangan Risma - Gus Hans tersebut.
Pertama, pasangan ini menjadi Paslon yang paling mendulang dukungan terbanyak dari pemilih perempuan.
Dari total responden perempuan di survei ini, didapati temuan sebanyak 58,2 persen lebih memilih pasangan Risma - Gus Hans di Pilgub Jatim 2024.
"Hal ini tentu akan menjadi potensi elektoral tersendiri bagi pasangan Risma - Gus Hans mengingat ketiga calon gubernur di Pilgub Jatim 2024 ini semuanya perempuan."
"Sementara pasangan Khofifah - Emil didukung sebanyak 31,9 persen responden perempuan dan pasangan Luluk - Lukmanul 2,2 persen," ungkapnya.
Modal Kedua, adalah tingkat loyalitas responden pemilih Risma - Gus Hans yang didapati lebih tinggi dibandingkan dua pasangan calon lainnya.
Dari total responden pemilih Risma - Gus Hans, sebanyak 78,5 persen mengaku sudah menjadi pilihan pasti alias tidak akan mengubah pilihannya.
Sementara pemilih loyal di pasangan Khofifah - Emil mencapai 51,5 persen dan di pasangan Luluk - Lukmanul tercatat 57,3 persen.
Hal ini menambah peluang Risma - Gus Hans sebagai Paslon yang diusung oleh PDI Perjuangan dan Partai Hanura.
"Ketiga, loyalitas pemilih PDI Perjuangan mengikuti pilihan dari partai yang didukung di Pilkada, juga berpeluang menambah daya elektoral bagi pasangan Risma - Gus Hans."
"Kondisi serupa sebenarnya juga dimiliki oleh sejumlah partai politik lainnya, seperti Golkar dan Gerindra yang lebih banyak menggiring pendukungnya untuk memilih Khofifah - Emil," ungkapnya.
Airlangga menegaskan, tiga isu tersebut menjadi medan pertarungan bagi ketiga pasangan calon untuk memperebutkan suara dari mereka yang belum menentukan pilihan.
Selain undecided voters dari survei ini yang menjadi pasar perebutan, potensi pemilih yang ragu dan bisa saja berubah pilihan, yang rata-rata mencapai sekitar 40 persen juga menambah jumlah pasar pemilih yang bisa diperebutkan saat hari pemungutan suara nanti.
"Jika tiga faktor di atas bisa dimanfaatkan pasangan Risma - Gus Hans, selisih elektoral bisa semakin sempit dan menambah ketat kompetisi antara pasangan ini dengan pasangan Khofifah - Emil."
"Siapa di antara kedua pasangan calon ini mampu merebut pemilih mengambang dengan memafataakan tiga faktor di atas, akan semakin membuka peluangnya memenangkan kompetisi," terang Airlangga.