QBeritakan.com - Menjelang subuh hari ini, perhatian saya tertuju pada suara seperti langkah kaki. Lalu mencoba untuk mengamati bagian luar. Ada sosok orang yang bolak-balik, yang saya ingat hanya berambut pirang.
Pagi ini, niat kami akan mengkuti Upacara Peringatan Kemerdekaan RI. Dalam persiapan saya bercerita tentang orang yang mondar-mandir tadi malam. Seorang teman langsung menge-cek barangnya. Raib, 1 laptop dan 1 tas ransel beserta isinya. Dugaan langsung mengarah ke Jakko, seorang anak (berusia kurang dari 18 tahun) yang sudah sangat populer meresahkan warga karena sering tertangkap mencuri.
Sang teman panik. Bersama teman lainnya mereka langsung mencari keberadaan Jakko. Kembali, tidak bertemu... Lalu kembali berpencar menjadi 2 tim. Mencari Jakko Sang Terduga, ke tempat-tempat biasa ia ada.
Selang beberapa menit, 1 tim kembali dengan membawa Jakko bersama mereka. Mereka menemukannya sedang bermain pasir di Pantai.
Jakko membawa kami ke gudang sebelah, lalu mengembalikan laptop dan beberapa lainnya. Ternyata ada kasur lusuh dan bantal di gudang. Ternyata selama ini ia ada dan tinggal di sana. Ada puing2 HP entah milik siapa. Demikian pula beberapa ATK yang kami yakin diambil dari kantor. Yang paling miris, ada nasi dalam kantong plastik (asoi) terletak di lantai berdebu dekat kasurnya... Ia kemudian ditanyai di mana barang lainnya. Lalu menyebutkan suatu tempat. Setelah menyelamatkan laptop, bersama tim 1, Jakko dibawa ke tempat dima dia menyembunyikan tas. Ketemu. Di atas dudukan tandon air di dusun lainnya. Barangnya masih utuh (kurang 1 flasdish). Lalu dibawa lagi ke kantor. Di tas itu juga ditemukan sebuah Handphone dan beberapa sabun cair serta barang2 kecil lainnya.
Sesampai di kantor, beberapa orang yang berkumpul. Saya hanya mengamati dari dekat, memastikan ia tidak mendapat kekerasan. Karena memang itu adalah nilai dan prinsip yang dipegang oleh lembaga tempat di mana kami bekerja. Ramah terhadap anak. Staf dan internship perempuan menanyai Jakko dengan penuh empati. Lalu ia pun bercerita...
Ada sesuatu yang selalu berbisik di telinganya saat ia tertidur. Seolah memerintahnya untuk mengambil barang. Apapun itu. Tidak penting juga untuk apa. Yang penting ia harus mengambil barang atau mencuri. Bisikan itu sangat mengganggunya. Itulah yang membuatnya menjelang subuh hari ini mencongkel jendela kami dan mencuri laptop. Saya percaya itu, karena ia bahkan tidak menjual barang2 yang diambilnya.
Ia bercerita tentang ia yang sudah cukup lama tinggal di gudang sebelah.
Dari ceritanya yang tidak saya bisa rinci, saya membayangkan jalan hidupnya yang tidak baik-baik saja. Saya membayangkan ia yang mungkin sangat kurang mendapatkan kasih sayang orang tua. Saya membayangkan ia yang mendapat perlakuan kasar karena berbuat tidak baik seperti mencuri atau lainnya. Dari tangannya yang terdapat bekas-bekas luka, saya membayangkan hidup yang keras. Entah luka karena harus tergores duri atau bekas perlakuan kekerasan.
Akh, Jakko. Dari cara mu bercerita pada 2 staf perempuan FH Indonesia itu, aku melihat mu sebenarnya anak yang baik. Bandel mu sebagai anak, kurang dapat pengelolaan yang baik, baik dari orang tua mu, maupun lingkungan. Engkau hanya kurang beruntung, karena lingkungan yang mungkin karena terlalu sibuk lalu mengabaikanmu...
Setelah upacara selesai, pihak kepolisian datang. Mereka mengamankan barang bukti. Jakko diborgol. Saya sedih sebenarnya melihat wajahnya. Tapi saya yakin, itu lah SOP nya dan yakin pihak Kepolisian pasti sangat memahami prinsip2 perlindungan terhadap anak. Apalagi pada bagian depan bajunya terdapat pesan yang sangat penting untuk masa depan bangsa ini. Bahkan untuk masa depan bumi ini...
Kami berdoa semoga negara dengan segala kekuatannya ini, bisa menolong mu, Jakko. Merdeka!