QBeritakan.com - Dalam kuliah falsafah sains yang saya asuh di IPB saya biasa katakan ungkapan begini kepada mahasiswa saya:
"a propositional statement (hypotheses) can only be verified & validated as a truth only if it is completely tested. Later the truth builds a knowledge which everybody shall believe"
Awalnya adalah pernyataan proposisional atau hipotesis (dugaan). Lalu dugaan itu dikuatkan oleh data dan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan. Proposisi atau pernyataan ini, tahapan selanjutnya akan menjadi sebuah pernyataan tentang kebenaran (truth) ketika terhadapnya dilakukan pengujian terus menerus. Ketika ia lolos pengujian, maka saat itu kebenaran dikukuhkan dan segera membangun sebuah pengetahuan. Pengetahuan yang setiap orang akan mempercayainya secara justified (terbuktikan absah).
Awalnya, film "Dirty Vote" berisi semacam pernyataan proposisional atau hipotesis. Lalu di dalamnya dicantumkan fakta-fakta lapangan. Ia dikemas lalu disampaikan ke khalayak luas. Ia disanggah, dibantai dan diragukan tatkala dirilis kepada khalayak luas. Seolah khalayak adalah para dosen penguji terhadap hipotesis dalam film tersebut.
Ketika sanggahan atau counter-statement dilontarkan oleh khalayak tetapi tak kuat menegasikan isi film tersebut, maka pada saat itu kebenaran semakin terverifikasi dan tervalidasi. Semakin hari, isi film mendapatkan pengujian (test) dimana-mana dan disana-sini ia meneguhkan kebenarannya.
Semakin disanggah, semakin ia mendapat kekuatan pengujian dan mendapatkan keabsahan serta verifikasi kebenaran. Akibatnya, ia semakin menjadi kuat pernyataannya. Kelak kebenaran yang terverifikasi dan tervalidasi akhirnya menjadi pengetahuan. Satu step selanjutnya, isi film itu kini menjadi keyakinan. Demikianlah, film ini ibarat tesis S2 yang disajikan bukan dalam bentuk tertulis, melainkan dalam bentuk cinematografi.
Berbeda dengan keyakinan dalam ilmu alam yang di dalamnya tak ada debat atas sebuah kebenaran tatkala tesis telah verified dan validated sebagai truth. Dalam ilmu sosial, keyakinan atas kebenaran selalu menyisakan adanya pihak-pihak yang mendebatnya dan meragukan kebenarannya.
Demikianlah film ini, memainkan logika para penontonnya dan mengajak khalayak untuk menilai isi kebenarannya.
Saran saya, buatlah film tandingan untuk memberikan counter-knowledge atas isi film Dirty Vote tersebut. Film mestinya dibalas oleh film, bukan oleh konferensi pers. Khalayak menunggu.
Salam pagi
Arya Hadi Dharmawan
Arya H Dharmawan