QBeritakan.com - Jarinya membentuk salam metal, sampai merapatkan 3 jari dengan bermacam bentuknya. Lalu teriak Ganjar-Mahfud dengan lantang saat iringan mobil presiden dan pengawalnya lewat di berbagai daerah di Jateng, menjadi satu pemandangan penuh makna.
Masyarakat di setiap daerah ingin menunjukkan bahwa pilihan mereka masih Ganjar Pranowo, yang jelas mereka ketahui kerja nyatanya. Di lain sisi, dia menegaskan bahwa yang memang mampu meneruskan kepemimpinan Jokowi nanti hanya Ganjar, yang sudah jelas bisa bekerja dan memiliki sederet keberhasilan dalam memecahkan masalah sampai memperbaiki yang rusak.
Bahkan dia memiliki cara yang penuh inovasi untuk bergotong-royong membangun negara, contoh besarnya ada di Jateng dengan pembangunan desanya. Dimulai dari desa wisata, desa antikorupsi, desa mandiri pangan, desa mandiri EBT, dan lain sebagainya.
Ganjar mendukung mereka yang memberikan warna baru selama kepemimpinannya, seperti pengembangan teknologi berupa kapal listrik berbasis baterai, sampai ke energi panel surya di ponpes.
Programnya yang terus menuai keberhasilan ada Jateng Gayeng Ngiceng Wong Meteng (5Ng), SMKN gratis boarding school dan semi boarding school, tuku lemah entuk omah (beli tanah dapat rumah), hetero space sebagai ruang terbuka untuk berkegiatan anak muda, Lapak Ganjar untuk mempromosikan UMKM masyarakat, LaporGub untuk menampung segala jenis curhatan, sekolah vokasi dan masih banyak lagi yang mungkin jika terus disebut akan memenuhi ruang halaman dalam tulisan ini.
Sudah betul teruji bagaimana kerjanya, ditambah lagi ada Mahfud MD yang akan melengkapinya untuk menegakkan hukum dan memberantas korupsi di negara ini. Keduanya adalah tipe ideal calon pemimpin di tahun 2024 ini. Makanya Jokowi sampai ketar-ketir karena kubu dukungannya memiliki rekam jejak yang tidak cukup baik, jika dibandingkan dengan paslon 03 tadi.
Ada banyak kesenjangan, seperti Ganjar yang menjunjung nilai kemanusiaan dalam menjalankan apapun amanah di bumi ini. Berbanding terbalik dengan Prabowo yang berperan utama dalam penculikan aktivis dan menghilangkannya, sampai tidak diketahui dimana mereka dikebumikan atau masih hidup di suatu tempat.
Sedangkan Gibran yang kini terkenal sebagai cawapres dari pelanggaran etik, berbeda jauh dengan seorang Mahfud yang dulu juga pernah menempati posisi seperti pamannya sebagai ketua Mahkamah Konstitusi.
Mahfud adalah tipe pejabat yang amanah terhadap tanggungjawabnya. Jadi dalam mengambil keputusan dia berpegang teguh pada apa konfliknya dan konstitusi negara yang menjadi sumbernya hukum. Karena tidak terima elektabilitas Prabowo di Jateng ini lebih rendah dari Ganjar-Mahfud, maka Jokowi sendiri yang melakukan safari di provinsi kelahirannya itu.
Namun siapa sangka saat dia melancong ke berbagai daerah seperti Temanggung, Wonosobo, Solotigo, dan sekitarnya, barisan warga yang menyambutnya justru meneriakkan nama Ganjar-Mahfud dengan gerakan khas salam 3 jari dan salam metal. Hal itu yang mengusik batinnya.
Sampai-sampai muncul berita Jokowi lewat jalan yang memperlihatkan kondisinya kurang baik, tepatnya di Jl. Solo-Purwodadi. Itu sebuah sindiran, kah? Kalau publik lupa, saya ingin mengingatkan potret indah Jokowi berkata dan bahkan bersaksi sendiri jikalau jalan tersebut memang terkenal rusaknya sejak presiden kita itu masih kecil. Sehingga dana negara diturunkan untuk memperbaiki jalan itu.
Bahkan kala itu Jokowi turun jalan langsung ditemani Ganjar dan menteri PUPR Basuki Hadimuljno. Bukan hal yang tabu, nyatanya kewajiban negara itu memang membantu setiap daerah untuk memperbaiki jalan provinsi. Tapi sekarang mengapa potret itu dilambungkan lagi? Apa betul karena teriakan dukungan warga Jateng ke Ganjar dan Mahfud, membuat Jokowi panas dan bertindak impulsif?
Tentu hal itu sudah tidak asing lagi di pandangan kita, karena sebelumnya jalanan Lampung viral karena rusak parah dan sejak lama. Bahkan gubernurnya sendiri tidak tahu-menahu soal jalan tersebut.
Maaf Pak Jokowi, sikonnya beda. Apa salahnya Ganjar meminta pemerintah untuk mengulurkan tangannya, demi memperbaiki jalan yang kata Pak Jokowi sudah rusak sejak beliau kecil? Kalau Jatim, Jabar dan provinsi lain punya kesempatan itu, apa salahnya Jateng juga mengambil kesempatan besar tersebut?
Apalagi jalan provinsi di Jateng ini adalah jalan terpanjang lintasannya jika dibandingkan dengan dua saudara kanan dan kirinya, yakni Jatim dan Jabar. Bukan hanya itu, walaupun Jateng memiliki lintasan terpanjang dengan ukuran 2.404,741 km, di Era Ganjar Jateng juga dikategorikan sebagai pemilik jalan provinsi dengan presentase kemantapan jalan tertinggi, yakni 92,49% dibanding dua provinsi tadi.
Masak Pak Jokowi mau menjelekkan temannya soal jalan, disaat data bahkan beliau sendiri pernah memuji Ganjar dalam memperbaiki jalan di Jateng? Pak, jangan blunder ya. Pernyataan itu masih tersimpan di setiap media, potretnya pun terkemas rapi dalam dokumentasi digital.
Nikmatul Sugiyarto