QBeritakan.com - Lima mahasiswa yang berasal dari tiga fakultas yang berbeda di Universitas Andalas (Unand) berhasil menciptakan sistem pendeteksi dini kanker kulit melanoma maligna berdasarkan gambar yang diolah dan diklarifikasikan oleh algoritma kecerdasan buatan dinamai dengan Melanospy.
Kelima mahasiswa tersebut yaitu M Qolbi Al-Zikri (Teknik Elektro 2020), Muhammad Rizieq Rizaldi (Teknik Elektro 2020), Ilham Hanafi (Pendidikan Dokter 2021), Defri Ananda (Teknik Industri 2020), dan Elandra Maulana (Teknik Komputer 2020).
Ketua Tim, M Qolbi Al-Zikri mengatakan, sistem ini terdiri dari alat dan aplikasi yang saling terintegrasi. Ia menjelaskan, bahwa Melanospy dibangun untuk menjawab permasalahan pendeteksian melanoma maligna yang memerlukan alat canggih dan penginterpretasian hasil alat yang hanya bisa dilakukan oleh dokter spesialis kulit.
“Melanospy nantinya diharapkan dapat membantu pendeteksian dini melanoma oleh tenaga kesehatan di layanan kesehatan primer bahkan di daerah 3T sekalipun,” terangnya dikutip dari website Unand, Senin (9/10/2023).
Zikri menambahkan, hasil pendeteksian menggunakan alat dapat dilihat secara realtime di monitor melanospy dan mobile apps yang sudah terintegrasi.
“Sistem ini dapat dikembangkan untuk jenis penyakit kulit lainnya (penyakit kulit selain melanoma),” bebernya.
Ia menyebutkan, sistem ini adalah sebuah terobosan baru yang merupakan pengembangan dari sistem yang sudah ada sebelumnya.
“Prototype ini memiliki fitur yaitu menerapkan algoritma baru untuk memprediksi kedalaman (breshlowthickness) kanker kulit berdasarkan gambar menggunakan multi spectral imaging. Serta dilengkapi dengan kamera resolusi 64 MP dan sensor jarak dilengkapi dengan LCD layar sentuh 7 inch guna memudahkan penggunaan dari alat,” sebutnya.
Zikri mengatakan, karya yang diciptakan ini merupakan sebuah prototype siap untuk diuji coba dan masih dalam pengembangan. Pihaknya berharap hasil rancangan ini dapat diwujudkan guna bermanfaat bagi banyak orang dan memacu inovasi bagi mahasiswa Indonesia lainnya.
Ilham Hanafi menambahkan, Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas di antara jenis kanker kulit lainnya. Melanoma dapat menyebar ke jaringan tubuh lainnya jika tidak segera ditanganin.
“Pendeteksian dini melanoma maligna sangat diperlukan untuk mengurangi keparahan akibat kanker kulit tersebut,” sebutnya.
Ia menjelaskan, diagnosis melanoma dilakukan dengan pemeriksaan fisik untuk menganalisa apakah lesi tersebut melanoma atau tidak, pemeriksaan fisik melihat ciri dari tahi lalat atau luka kulit yang terindikasi melanoma.
Yaitu dengan melihat ciri berupa asimetri, tepi yang tidak beraturan, warna yang bervariasi, diameter lebih dari 6 mm, dan berubah ukuran (berevolusi).
“Pemeriksaan fisik oleh dokter sangat bergantung pada kemampuan dan jam terbang dokter, sehingga dapat memunculkan salah diagnosis atau diagnosis yang tidak tepat," ujar mahasiswa kedokteran ini.
Ia mengatakan, pendeteksian melanoma maligna sebelumnya dilakukan dengan metode biopsi yang berpotensi menyebabkan infeksi dan perdarahan lokal. Dengan adanya alat ini, diharapkan dapat mengurangi biopsi dan efek yang ditimbulkannya.
Proses pembuatan alat ini mendapat pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa dengan skema Karsa Cipta (PKM – KC) tahun 2023. PKM KC ini merupakan salah satu program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) untuk mewadahi kreativitas dari seluruh mahasiswa Indonesia. (*)