QBeritakan.com - Meminta ridho ataupun restu itu seperti suatu kewajiban sebelum kita melakukan hal besar. Paling utamanya kepada orang tua, yang telah merawat dan membesarkan kita dengan penuh kasih dan sayangnya. Di lain sisi kepada guru spiritual, minta doa menjadi satu hal yang tidak boleh terlewati.
Pun dengan saya, sering bersilaturahmi ke rumah guru yang mengajarkan tentang pendalaman ilmu agama. Ya minta doa restu agar dalam menuntut ilmu diberi kelancaran oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baru sebatas itu saja hajat besar saya, untuk menuntut ilmu.
Tapi yang namanya silaturahmi itu harus terus terjalin sepanjang masa. Karena di dalam makna kata silaturahmi itu dapat memanjangkan umur, limpahan rahmat dan kasih sayang yang terus mengalir kepada siapapun yang melaksanakannya. Itulah yang kini sedang dilakukan Ganjar Pranowo, dia adalah pejabat yang menjaga silaturahmi dengan semua kalangan.
Bahkan di masa akhir jabatannya, dia berpesan kepada semua warganya untuk tidak memutus tali silaturahmi begitu saja hanya karena dia sudah tidak lagi menjadi gubernur.
Mereka adalah saudara. “Kulo tresno panjenengan” begitu ungkapnya sebelum resmi melepas amanahnya sebagai gubernur. Kalau sudah begitu, tidak ada alasan untuk tidak melanggengkan ikatan persaudaraan dalam tali silaturahmi.
Sekarang hajat besar sedang diniatkan untuk amanah yang lebih besar, sudah semestinya doa restu itu dimintakan kepada semua pihak. Terutama para pemuka agamanya, yang memberikan penguatan berupa nasehat ataupun wejangan untuk mengiringi langkahnya ke depan.
Tidak bisa dipungkiri kedekatan Ganjar dan para pemuka agama itu sudah seperti keluarganya sendiri, wabilkhusus dalam barisan para kiai. Karena dia sendiri sebagai mantu dari tokoh besar Nahdlatul Ulama. Ya istrinya, Siti Atikoh adalah cucu dari Hisyam Abdul Karim, yakni pendiri Pondok Pesantren Rourlotus Sholihin di Purbalingga sekaligus ulama besar yang pernah menjabat Rais Syuriah PCNU Purbalingga selana dua periode.
Hal tersebut diungkap kembali oleh KH Said Aqil Sirodj saat Ganjar bersilaturahmi ke kediamannya kemarin. Dalam kunjungan itu, Ganjar mendapat sambutan yang hangat oleh mantan ketum PBNU itu. Dalam kunjungan Ganjar melakukan obrolan yang panjang nan penuh khidmat, hingga sampailah mereka pada kesempatan menyapa para penghuni ponpes yang dikelola oleh Said.
Kepada para wartawan yang hadir dan mengikuti kegiatan Ganjar, Said menceritakan seutas bagaimana hubungan yang selama ini terjalin antara dia dan Ganjar. Said mengaku kenal dengan kakek Atikoh yang menjadi salah satu pejuang dalam organisasi islam terbesar negeri ini.
Dengan Ganjar sendiri, Said sudah akrab sejak di kursi DPR dan berlanjut selama kepemimpinan Gubernur Jawa Tengah berlangsung. Ya dari seuntai kalimat bagaimana asal-muasal kedekatan mereka dimulai saja, saya yakin Said tidak lagi meragukan kemampuan Ganjar sebagai seorang pemimpin ataupun pejabat yang melayani rakyat.
Bukan waktu yang singkat, karena Ganjar duduk di kursi dewan legislatif selama hampir dua periode penuh dan baru diamanahi tanggungjawab besar untuk mengepalai provinsi Jawa Tengah. Bukan hal mudah, bukan pula hal yang sulit, karena semua dijalaninya dengan hati yang tulus ikhlas.
Dari perjalanan panjang itu tak mengherankan bahwa doa terlantun di depan wartawan dan tersebar di kalangan publik, agar Ganjar menjadi presiden di tahun 2024 nanti. Kemantaban itu tidak begitu saja hadir, karena semua ada dasarnya kenapa doa itu dikumandangkan di hadapan publik.
Ganjar adalah pemimpin yang amanah membawa kepercayaan dan tanggung jawab besar dari rakyat. Secara prestasi dan kemampuan tidak lagi diragukan, karena survei sudah membuktikan banyaknya perubahan yang berdampak pada kemajuan Jateng. Tidak mudah karena semua dilewati dengan berbagai upaya pengeroyokan program kerja, kerja sama, dan gotong-royong dari semua elemen di Jateng.
Tidak akan jadi sebuah perubahan, jika kepalanya sendiri tidak mengoordinasikan dengan gerakan yang taktis dan penuh rencana. Lalu untuk menjalankan itu semua, integritas yang tinggi berhasil dijaga dengan baik oleh kawannya tadi. Said tidak lagi meragukan bagaimana kejujuran Ganjar dalam menjalankan amanah rakyatnya.
Salah satu pembuktiannya ada pada tindakannya yang getol dalam memerangi perbuatan haram bernama korupsi. Berbagai aksi digelarnya untuk menumbangkan virus yang merebak pesat di lingkungan pemerintahan.
Bentuk konkretnya lewat menghilangkan setoran dari bawahan ke atasan, memberantas pungli di lingkungan sekolah hingga yang mendera barisan sopir truck, memecat mereka yang menperjual-belikan jabatan, menolak keras hadiah yang berpotensi besar sebagai gratifikasi, dan masih banyak lagi.
Semua tidak akan bisa dilakukan secara konsisten selama puluhan tahun, jika imannya lemah. Tapi nyatanya semua terlewati dengan baik oleh Ganjar, karena yang dia bawa hanya nilai luhur sebagai pelayan rakyat. Maka tidak ada lagi keraguan dari para kiai NU untuk mendoakan Ganjar menjadi presiden negeri ini pada tahun 2024 nanti.
Dalam setiap silaturahminya kepada para habaib dan kiai, selalu ada pesan yang dititipkan kepadanya. Seperti Said yang berpesan agar mempertahankan Islam Nusantara. Ya islam memiliki budaya yang ramah kepada siapapun mereka umat manusia di muka bumi ini. Kita paham bahwa negara kita penuh akan keberagaman yang mewarnai bumi pertiwi.
Tidak akan bisa bersatu jika kita tidak mau menerima perbedaan yang ada. Maka Islam nusantara inilah konsep beragama yang menjunjung tinggi nilai toleransi digaungkan. Menghargai apa keyakinan dan agama saudara sebangsa dan setanah air tanpa merecokinya. Budaya ini nantilah yang menjadi pondasi besar untuk mengembangkan islam di tanah luar. Diekspor ke luar Indonesia, demi memperkenalkan agama yang indah dan santun, serta penuh toleransi di dalamnya.
Pesan itu menjadi salah satu kepercayaan dari perwakilan Nahdliyin bahwa yang mereka percayai adalah Ganjar. Dia yang bisa memperjuangkan islam nusantara dengan menjunjung yinggi Bhinneka Tunggal Ika. Dia lah pemimpin yang tidak akan membiarkan negaranya dijajah oleh kaum radikal yang dapat memecah belah umat. Maka dari doa KH Said Aqil Siradj tadi, banyak yang mengamininya demi kemaslahatan umat dalam mewujudkan pengamalan Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa dengan Persatuan Indonesia. Semua berkesinambungan, karena Pancasila adalah jati diri bangsa yang menjunjung tinggi demokrasi dalam wilayah nusantara.
Nikmatul Sugiyarto