QBeritakan.com - Pasangan calon presiden (capres) - calon wakil presiden (cawapres), Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menunjukkan bahwa tegak lurus terhadap konstitusi bukanlah hal yang berat, kalau tidak punya niat untuk melanggengkan kekuasaan.
Secara usia, keduanya sudah memenuhi syarat. Partai-partai pengusung sepakat dengan bulat. Tidak ada gejolak yang muncul di koalisi PDIP, PPP, Perindo dan Hanura. Daftarkan ke KPU, habis perkara. Tinggal fokus ke strategi pemenangan. Sesederhana itu.
Ganjar adalah kader asli PDIP. Pengalaman menjadi anggota DPR-RI dan Gubernur Jawa Tengah dua periode disertai sejumlah pencapaikan menjadikannya layak diusung sebagai capres. Begitu pula dengan Mahfud, akademisi yang pernah duduk di legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Jika Ganjar representasi tokoh nasionalis, maka Mahfud adalah sosok yang bisa mewakili kelompok Islam moderat, khususnya Nahdlatul Ulama. Selain itu keduanya juga dipandang sebagai sosok yang bersih, berintegritas dan tidak memiliki beban dosa masa lalu.
Baik Ganjar maupun Mahfud juga bukan orang-orang ambisius gila kuasa. Saat berpamitan dengan warga Jawa Tengah, Ganjar meminta kepada rakyatnya untuk dikenang sebagai saudara mereka. "Meski sudah bukan gubernur, saya masih sedherek panjenengan semua."
Jauh sebelum ditetapkan sebagai capres oleh PDIP, banyak yang ingin mengusungnya. Namun Ganjar tidak bergeming. Walau popularitas dan elektabilitasnya sangat tinggi, bagi pria berambut putih itu etika dan moral nilainya jauh lebih tinggi. Banyak orang yang tidak suka menjadikan penolakan Ganjar itu sebagai bahan untuk menyebutnya sebagai petugas partai, tidak independen.
Padahal indepensi dan etika adalah dua hal yang berbeda, ferguso.
Begitu pula dengan sosok Mahfud. Teknokrat non partisan ini adalah jalan tengah yang bisa diterima seluruh partai pengusung. Integritas lelaki asal Madura ini pernah menjadikan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga yang sangat berwibawa.
Hebatnya, baik PDIP, PPP, Perindo dan Hanura tidak mengharuskan Mahfud untuk login ke salah satu partai tersebut untuk bisa diusung. No drama pokoknya.
Menengok kehidupan pribadi keduanya, anak istri Ganjar maupun Mahfud juga bukan jenis orang-orang banyak tingkah. Jabatan tinggi ayah mereka justru membuat anak-anak itu menjauhi publikasi dan sorotan media. Mereka di diajarkan sejak dini untuk bisa berdiri di kaki sendiri. Bukan menjual nama orang tua untuk memuaskan hasrat. "Halo, dek. Bapakmu bisa obrak abrik konstitusi, nggak?"
Jelang Pilpres 2024 mendatang, keduanya juga rileks. Tidak ada kekhawatiran apapun, terutama soal drama pengkhianatan atau menabrak konstitusi.
Karena Ganjar adalah Ganjar, Mahfud adalah Mahfud. Mereka berdua setia pada proses, tidak mengandalkan kantong ajaib Doraemon.
Oleh: Gitara Tama