QBeritakan.com - Menguras emosi memang penampilan 3 bacapres di Mata Najwa. Saking larutnya dalam uraian gagasan, adik yang duduk di samping saya melontarkan peringatan, bunyinya “awas matanya caplok”, “dahinya gausah berkerut-kerut juga kali”, “mingkem ih, ga takut kemasukan lalat mlongo gitu”, dan “brisik ih”. Memang julid sekali dia, tidak bisa lihat kakaknya menikmati moment saja.
Dari sore saya sudah pantengi, bagaimana Anies menyampaikan gagasan dan jawabannya atas pertanyaan yang terlontar. Dia membawa keyword keadilan, transparansi dan akuntabel.
Tentu bayangan dia duduk di kursi gubernur DKI Jakarta terngiang jelas, selama pemaparan gagasan. Bicara keadilan membuatku bertanya-tanya. Bagaimana Anies merealisasikan hal itu nanti, jika di masa lalu bukanlah suatu perubahan yang dibuatnya, melainkan jalan mundur?
Seperti halnya kemiskinan yang makin naik di eranya memimpin, lalu di dunia pendidikan sendiri tidak ada upaya untuk membela anak-anak yang putus sekolah. Mereka lebih banyak makan asap di jalan, dari pada makan ilmu di bangku sekolah.
Akibatnya di era Anies, DKI Jakarta menjadi daerah tertinggi angka putus sekolahnya untuk tingkat SD. Lalu dimana peran Anies untuk mencarikan keadilan bagi warganya? Itu baru mengepalai ibukota, yang sebenarnya jumlah penduduknya tidak sepadat provinsi Jawa Tengah.
Bagaimana dengan amanah sebagai orang satu di negara ini? Bisakah memberi keadilan bagi 38 provinsi, dengan jumlah rakyat kurang lebih 278 juta jiwa? Saya sangsi saja. Lalu bagaimana tentang yang dia koarkan perihal transparansi?
Satu gambarannya terletak pada perkara Formula E. Di sana BPK menemukan kejanggalan dalam laporannya. Sampai sekarang, statusnya belum jelas. Yang pasti dia belum mentas dari polemik Formula E. Disusul dengan bawacapresnya, Cak Imin, yang kini juga sedang menjadi pasien KPK.
Sudah kita coba lari saja ke Ganjar Pranowo. Bukan hanya gagasan yang dipaparkan, tapi ada cerita rekam jejaknya. Kata netizen, Ganjar sedang mendongeng dan mbulets.
Halo kawan, mbulets mana sama yang tadi hanya muterin jawaban dan gagasan, karena tidak bisa menampilkan realisasinya dalam rekam jejaknya? Jawab sendiri ya, di sini kerasionalan pikir kita harus tetap dijalankan.
Di era yang akan datang modernisasi akan tumbuh subur di dunia. Indonesia tidak boleh tertinggal, karena visi kita Indonesia emas, harus ada terobosan yang dilakukan.
Ganjar memulainya dari pendidikan. Untuk membawa Indonesia maju, SDM yang produktif adalah salah satu caranya. Berbagai inovasi untuk memajukan pendidikan Jateng dilakukan. Dirintislah SMKN Jateng gratis untuk mencetak SDM berkualitas, hingga mengentaskan kemiskinan yang mendera setiap keluarga.
Akibatnya angka pengangguran mengecil, karena penyerapan tenaga kerja tinggi. Bukan hanya generasi muda tapi guru yang menjadi fasilitator untuk meningkatkan kualitas SDM, harus dinaikkan gajinya. Selain menyejahterakan kehidupan guru, kenaikan gaji juga bentuk apresiasi untuk mereka.
Demi menguatkan gerakan mewujudkan SDM berintegritas, Ganjar getol menjalankan pemerintahan antikorupsi. Maka butuh instrument yang saling mendukung, bukan hanya sistem tapi juga pelakonnya.
Semua dapat terserukan di setiap bagian elemen negeri ini, jika dimulai aksi nyatanya lewat leader. Ganjar menggambarkan sendiri bagaimana pengeroyokan tindakan, untuk menuntaskan korupsi di Jateng.
Pengaplikasian itu menjadi wacana yang akan diaktualisasikan, ke ranah gerak lebih luas sebagai pemimpin negara nanti. Ketegasan Ganjar mewujudkan lingkungan antikorupsi nampak dari pemecatan pegawainya, agar jera dan tidak merembet ke anggota tubuh Jateng yang lain.
Hasilnya dengan pembentukan desa antikorupsi dan menjadikan Jateng sebagai pioneer provinsi antikorupsi. Tidak mudah menempuh jalur itu. Apalagi jika dilakukan sendiri, maka gotong-royong menjadi kunci yang diakselerasikan dalam setiap pergerakannya.
Untuk melakukan terobosan-terobosan itu tidak bisa langsung jadi, ada beberapa lubang yang menjadi evaluasi. Maka dibukalah kanal aduan terbuka yang masuk dalam kebebasan berpendapat dari setiap warganya. Dia adalah perwujudan pemimpin yang menerima segala penilaian dari warganya. Karena di sana terwujudlah kepuasan dari barisan warga dan perbaikan bisa terlaksana.
Speechless saat sesi terakhir, Ganjar diminta mahasiswa untuk mengeluarkan pendapatnya tentang presiden boneka dan pendapatnya tentang olokan kepada partai naungannya, PDIP.
Jawabannya tegas, presiden adalah presiden yang menjalankan amanahnya sesuai konstitusi. Dia punya independensi yang dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Dalam setiap ranah geraknya, rakyat tahu dan dapat memberikan penilaian, mana pemimpin yang berpihak kepada mereka dan mana yang tidak.
Pun dengan PDIP, partai adalah bagian dari demokrasi. Darinya, Ganjar bisa menyumbangkan banyak kontribusi. Diantaranya membantu pembentukan undang-undang keistimewaan Jogjakarta, lalu amanah gubernur di pundaknya. Semua akan menemukan kesulitan jika tanpa kendaraan, maka partai hadir diantara kehidupan berdemokrasi.
Kekonsistensian Ganjar untuk menyuarakan sikap, nyatanya tidak cukup terwujud dalam diri Prabowo Subianto. Orasi denagn suara menggebu-gebu mampu membuat Najwa Shihab geleng-geleng kepala.
Dari sana jurnalis yang kerap disapa Nana itu memberondonginya pertanyaan, sampai membuat capres Gerindra itu gagap tersembunyi di balik emosinya. Saya yang dengar jawaban Om Wowo sampai ngakak.
Ingat dong Zulkifli Hasan yang bagi-bagi duit secara blak-blakan? Bagaimana tidak ngakak kalau perkara menerima uang politik berakhir pada kedok sedekah, dan akhirnya terlontar himbauan jangan pilih PAN jika tidak sepenuh hati?
Padahal di tahun-tahun politik ini, penerimaan uang dinilai sebagai tindakan koruptif. Apa kata dunia kalau tindakan itu menjamur di negara kita? Dalam gagasannya di last minute tambahan Nana, Prabowo mengeluarkan tenaganya untuk mengoarkan program gratisannya.
Bilangnya program makan gratis demi mewujudkan Lumbung pangan nasional. Halo, apa Pak Prabowo sudah lupa dengan kegagalannya menggarap food estate? Belum selesai dengan kemangkrakan lahan singkong di Kalimantan Tengah, program susu gratis hingga pemenuhan gizi anak-anak dan ibu-ibu hamil tersiar dalam orasi Prabowo.
Aduh, bicara susu gratis teringat program pencapresannya kemarin. Mau mengeksploitasi progja lagi nih, demi kelancaran produktifitas perusahaannya dan para kroni? Hm mudah memang bicara tanpa bawa bukti konkret, melantur dan melebar kemana-mana. Sulit memang Menhan satu itu, maunya menang sendiri. Sampai Nana minta dia untuk bercermin saja, ditolak mentah-mentah.
Sudah di spill gaya kepemimpinan mereka begitu, kamu masih ragu pilih siapa? Kalau saya sih dari ketiganya pilih yang konsisten, hitam-putih tidak abu-abu. Ada rekam jejak teruji klinis yang ditawarkan untuk membangun kemajuan NKRI, ngapain cari yang gagap dan hanya modal omdo alias omong doang plus ketidaknyambungan dengan point utamanya?
Nikmatul Sugiyarto