QBeritakan.com - Suzzanna dan kekasihnya, Surya, akan merencanakan pernikahan sesegera mungkin. Suatu hari, ayahnya terlilit utang besar pada seorang lelaki tua kaya raya. Untuk melunasi utang tersebut, lelaki tua tersebut meminta Suzzanna untuk menikahinya agar bisa dapat keturunan.
Tepat di malam Jumat Kliwon, Suzzanna melahirkan dengan cara tragis yang membuatnya ingin membalaskan dendamnya.
Pondasi ceritanya aku suka banget, dari awal sampe akhir benar-benar to the point, Nggak bertele-tele.
Setidaknya hal itu terjadi pada babak pertama dan kedua. Hingga menuju babak ketiga, semuanya hanya sebatas untuk memperpanjang durasi. Adegan jumpscare yang dirasa predictable, sama sekali nggak bikin kaget.
Beruntung, komedi di film ini berhasil menggelak tawa tanpa merasa cringe, lebay, ataupun jijik.
Duet maut Rojali dan Japra beneran ngidupin suasana film.
Performa terbaik jatuh kepada (sudah jelas) Luna Maya yang membawakan sosok sang legenda, Suzzanna, dengan kuat. Mimik wajahnya, gerak-geriknya, dan cara bicaranya bener-bener membuat aku terpukau, kagum.
Tepat di malam Jumat Kliwon, Suzzanna melahirkan dengan cara tragis yang membuatnya ingin membalaskan dendamnya.
Pondasi ceritanya aku suka banget, dari awal sampe akhir benar-benar to the point, Nggak bertele-tele.
Setidaknya hal itu terjadi pada babak pertama dan kedua. Hingga menuju babak ketiga, semuanya hanya sebatas untuk memperpanjang durasi. Adegan jumpscare yang dirasa predictable, sama sekali nggak bikin kaget.
Beruntung, komedi di film ini berhasil menggelak tawa tanpa merasa cringe, lebay, ataupun jijik.
Duet maut Rojali dan Japra beneran ngidupin suasana film.
Performa terbaik jatuh kepada (sudah jelas) Luna Maya yang membawakan sosok sang legenda, Suzzanna, dengan kuat. Mimik wajahnya, gerak-geriknya, dan cara bicaranya bener-bener membuat aku terpukau, kagum.
Achmad Megantara sebagai Surya juga ada peningkatan disini, lebih baik daripada performa dia saat main di KKN Di Desa Penari. Surya berhasil menjadi karakter yang “definisi lelaki sejati”.
Nggak lupa juga aku apresiasi sebesar-besarnya untuk duo pelawak Opie Kumis dan Adi Bing Slamet sebagai Rojali dan Japra, diikuti Ence Bagus sebagai Tukang Bakso yang effortless banget mencairkan suasana dalam film lewat lawakan yang mereka berikan.
Kelemahannya ada pada karakter Minati.
Performanya terkesan lebay dan berlebihan. Kerjaannya teriak-teriak dan bicaranya datar.
Seperti tak melekat jiwa karakternya pada aktornya.
Ada satu lagi kelebihan dari filmnya, yaitu sinematografinya. Beberapa shots-nya bikin nyaman dipandang, contohnya ada pada adegan penutup ketika Surya menggendong Suzzanna dan bayinya dengan background tempat yang terbakar.
Namun sayang, pemilihan lagunya sangat buruk sekali.
Kita tahu film Suzzanna seperti ini timeline-nya di tahun 80-an, tetapi para filmaker memilih lagu modern sebagai pendukung adegan.
Rasanya seperti menghancurkan film itu sendiri. Beruntungnya, cerita dan eksekusi dari filmnya sangat membantu.
Overall, Suzzanna Malam Jumat Kliwon secara mengejutkan bagus sebagai tontonan ringan yang menghibur.
Meskipun ada beberapa bagian yang dirasa kurang, tapi Luna Maya berhasil menghidupkan kembali sosok sang legenda, Suzzanna lewat film terbarunya ini.