QBeritakan.com - Dinas Pendidikan dan Olah Raga Kabupaten Temanggung telah investigasi soal insiden siswa RSE yang bakar sekolah SMP Negeri 2 Pringsurat.
Dalam pemberitaan RSE bakar sekolah karena kesal dia terus terusan kena bully dari teman dan guru.
Selain itu siswa RSE ngaku kesal banget, karya dia disobek oleh gurunya.
Nah temuan Disdikpora Temanggung, ada fakta soal klaim tugas RSE disobek gurunya, ternyata ada informasi dan konteks kenapa guru sobek tugas siswa tersebut.
Kepala Disdikpora Temanggung, Agus Sujarwo mengatakan faktanya penyobekan itu karena ada salah paham.
Agus mengatakan setelah konfirmasi kepada semua pihak, baik anak, orang tua, guru sekolah, perangkat desa, guru ngaji, hingga teman-temannya, Disdik menemukan soal penyobekan tugas terkonfirmasi semula pemberian tugas adalah di buku, bukan di kertas HVS.
Selain itu, soal klaim pengeroyokan, menurut keterangan dari teman satu kelas tidak ada itu insiden pengroyokan.
Nah, Agus mengatakan, hanya saja memang pernah HP yang bersangkutan dibawa temannya untuk main-main dan membuat RSE marah.
Soal pengakuan RSE yang jadi korban bullying teman dan guru, Agus mengatakan sekolah di bawah naungan Disdik Temanggung sudah membentuk Satgas Anti Bullying kok.
Dia mengingatkan temans ebaya atau siswa untuk saling mendukung tugas Satgas Anti Bullying.
"Sekolah-sekolah sudah membuat Satgas Anti Bullying, anggotanya anak-anak sendiri. Mereka bekerja dengan teman sebaya untuk menanggulangi, mungkin guyonan yang ada mengarah ke bully," kata dia dikutip dari laman Pemkab Temanggung, Selasa 4 Juli 2023.
Agus mengimbau kepada guru dan siswa stop apapun itu yang namanya bullying, semua pihak mohon untuk bisa mengendalikan diri, baik ucapan, sikap, maupun tindakan yang bisa menimbulkan tafsir ke arah bullying.
Nasib RSE juga nggak ditendang dari sekolah meski sudah bakar sekolahnya sendiri.
Alasan Disdik tidak keluarkan RSE dari sekolah karena anak tersebut punya hak mendapatkan pendidikan.
Dindikpora juga menjamin untuk tidak mengorbankan hak-hak anak, agar bisa tetap bersekolah. RSE bahkan tidak harus pindah sekolah, namun nantinya tergantung yang bersangkutan tetap bersekolah di situ atau pindah.
"Tidak dikeluarkan dari sekolah, kita jamin tetap bisa sekolah, mau pindah atau tetap di situ bisa. Soal bullying itu bisa jadi guyonan anak, namun ditanggapi berbeda oleh anak.
Si anak pernah dipanggil guru BK untuk diberikan pengertian termasuk kepada orang tua. Namun demikian, apa yang sudah terjadi menjadi pembelajaran bagi kita semua, termasuk koreksi bagi Dindikpora sendiri," katanya.(*)
Dalam pemberitaan RSE bakar sekolah karena kesal dia terus terusan kena bully dari teman dan guru.
Selain itu siswa RSE ngaku kesal banget, karya dia disobek oleh gurunya.
Nah temuan Disdikpora Temanggung, ada fakta soal klaim tugas RSE disobek gurunya, ternyata ada informasi dan konteks kenapa guru sobek tugas siswa tersebut.
Kepala Disdikpora Temanggung, Agus Sujarwo mengatakan faktanya penyobekan itu karena ada salah paham.
Agus mengatakan setelah konfirmasi kepada semua pihak, baik anak, orang tua, guru sekolah, perangkat desa, guru ngaji, hingga teman-temannya, Disdik menemukan soal penyobekan tugas terkonfirmasi semula pemberian tugas adalah di buku, bukan di kertas HVS.
Selain itu, soal klaim pengeroyokan, menurut keterangan dari teman satu kelas tidak ada itu insiden pengroyokan.
Nah, Agus mengatakan, hanya saja memang pernah HP yang bersangkutan dibawa temannya untuk main-main dan membuat RSE marah.
Soal pengakuan RSE yang jadi korban bullying teman dan guru, Agus mengatakan sekolah di bawah naungan Disdik Temanggung sudah membentuk Satgas Anti Bullying kok.
Dia mengingatkan temans ebaya atau siswa untuk saling mendukung tugas Satgas Anti Bullying.
"Sekolah-sekolah sudah membuat Satgas Anti Bullying, anggotanya anak-anak sendiri. Mereka bekerja dengan teman sebaya untuk menanggulangi, mungkin guyonan yang ada mengarah ke bully," kata dia dikutip dari laman Pemkab Temanggung, Selasa 4 Juli 2023.
Agus mengimbau kepada guru dan siswa stop apapun itu yang namanya bullying, semua pihak mohon untuk bisa mengendalikan diri, baik ucapan, sikap, maupun tindakan yang bisa menimbulkan tafsir ke arah bullying.
Nasib RSE juga nggak ditendang dari sekolah meski sudah bakar sekolahnya sendiri.
Alasan Disdik tidak keluarkan RSE dari sekolah karena anak tersebut punya hak mendapatkan pendidikan.
Dindikpora juga menjamin untuk tidak mengorbankan hak-hak anak, agar bisa tetap bersekolah. RSE bahkan tidak harus pindah sekolah, namun nantinya tergantung yang bersangkutan tetap bersekolah di situ atau pindah.
"Tidak dikeluarkan dari sekolah, kita jamin tetap bisa sekolah, mau pindah atau tetap di situ bisa. Soal bullying itu bisa jadi guyonan anak, namun ditanggapi berbeda oleh anak.
Si anak pernah dipanggil guru BK untuk diberikan pengertian termasuk kepada orang tua. Namun demikian, apa yang sudah terjadi menjadi pembelajaran bagi kita semua, termasuk koreksi bagi Dindikpora sendiri," katanya.(*)