QBeritakan.com - Dinas Kehutanan Lampung memetakan titik panas (hotspot) yang dapat menjadi awal kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Hal itu sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak puncak musim kemarau akibat El Nino yang diperkirakan terjadi sepanjang Agustus hingga September 2023.
Kepala Dinas Kehutanan Lampung, Yanyan Ruchyansyah, menjelaskan untuk menghadapi puncak kemarau dan el nino itu dilakukan perbaikan nomenklatur Tim Satgas Karhutla.
"Ada beberapa penyesuaian nama organisasi dan tugas-tugas," ujar Yanyan, Rabu, 26 Juli 2023.
Pasalnya, lanjutnya, tercatat terdapat 1.253 titik hotspot selama Januari hingga Juni 2023. Bahkan, titik rawan kebakaran itu tidak terlalu banyak bergerak.
“Secara jumlah titiknya menurun dibandingkan pada 2022, tetapi ternyata secara luasan lahan malah meningkat," kata dia.
Menurutnya, sepanjang periode semester I 2023 itu terdapat 4.853,36 hektare kebakaran hutan dan lahan. Luas tersebut didominasi di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) hingga 4.656 ha.
"Kejadiannya terus berulang, sehingga teman-teman di Way Kambas meningkatkan antisipasi melalui pemberdayaan masyarakat, supaya mereka ikut mengawasi. Ini indikasinya kebakaran disengaja karena perburuan liar," ujar dia.
Untuk itu, masyarakat terus diberikan edukasi tentang mitigasi bencana agar peristiwa serupa dapat diminimalisasi.
"Barikadenya ada di masyarakat sekitar dengan melakukan upaya pencegahan agar para pemburu tidak masuk dan melakukan pembakaran. Sebab, kebakaran dengan cakupan lahan yang cukup luas sulit dikendalikan apa lagi bahan bakarnya rumput sangat cepat sekali menyebar," katanya.
Kepala Dinas Kehutanan Lampung, Yanyan Ruchyansyah, menjelaskan untuk menghadapi puncak kemarau dan el nino itu dilakukan perbaikan nomenklatur Tim Satgas Karhutla.
"Ada beberapa penyesuaian nama organisasi dan tugas-tugas," ujar Yanyan, Rabu, 26 Juli 2023.
Pasalnya, lanjutnya, tercatat terdapat 1.253 titik hotspot selama Januari hingga Juni 2023. Bahkan, titik rawan kebakaran itu tidak terlalu banyak bergerak.
“Secara jumlah titiknya menurun dibandingkan pada 2022, tetapi ternyata secara luasan lahan malah meningkat," kata dia.
Menurutnya, sepanjang periode semester I 2023 itu terdapat 4.853,36 hektare kebakaran hutan dan lahan. Luas tersebut didominasi di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) hingga 4.656 ha.
"Kejadiannya terus berulang, sehingga teman-teman di Way Kambas meningkatkan antisipasi melalui pemberdayaan masyarakat, supaya mereka ikut mengawasi. Ini indikasinya kebakaran disengaja karena perburuan liar," ujar dia.
Untuk itu, masyarakat terus diberikan edukasi tentang mitigasi bencana agar peristiwa serupa dapat diminimalisasi.
"Barikadenya ada di masyarakat sekitar dengan melakukan upaya pencegahan agar para pemburu tidak masuk dan melakukan pembakaran. Sebab, kebakaran dengan cakupan lahan yang cukup luas sulit dikendalikan apa lagi bahan bakarnya rumput sangat cepat sekali menyebar," katanya.