QBeritakan.com - Baru saja salah satu elite politik menyebut bila putra sulung Presiden Jokowi yang tengah menjabat sebagai Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka sebagai 'Anak Ingusan.'
Sontak banyak pihak langsung menanggapi pernyataan tersebut.
Tidak hanya warganet, tapi pengamat politik, hingga organ dan elite politik, yang merasa bila pernyataan itu tidak tepat.
Sontak banyak pihak langsung menanggapi pernyataan tersebut.
Tidak hanya warganet, tapi pengamat politik, hingga organ dan elite politik, yang merasa bila pernyataan itu tidak tepat.
Umumnya mereka meminta agar usia tidak dijadikan tolok ukur untuk memimpin suatu daerah.
Karena terbukti bila Mas Wali walau benar masih muda, tapi nyata kinerja dan hasilnya luar biasa, sebaliknya yang jauh lebih senior belum tentu bisa lebih baik dari dirinya.
Salah satu prestasinya adalah membuktikan bila pertumbuhan ekonomi Solo melesat di angka 6,25%. Angka kemiskinan Solo berkurang hingga 2.850 jiwa.
Pertumbuhan ekonomi Solo pada 2022 itu diprediksi menjadi yang tertinggi se-Jawa Tengah.
Bahkan angka pertumbuhan ekonomi Kota Bengawan tahun itu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
Realitasnya, berapa persen kepala daerah yang kinerjanya baik? Sementara yang hasilnya jauh di bawah standard justru banyak, walau usia mereka sudah matang dan sudah malang melintang di panggung politik yang penuh intrik.
Sungguh indah bila yang jauh lebih senior dan lebih berpengalaman menjadi mentor bagi yang masih muda-muda.
Seperti halnya Pak Habibie di masa hidupnya, tak segan-segan mendorong yang muda-muda untuk lebih berprestasi.
Seorang Habibie tak mengambil gajinya, karena diperuntukan untuk bea siswa anak-anak muda yang cerdas agar bisa studi lebih tinggi.
Karena di pundak para anak muda potensial itulah harapan kejayaan NKRI bisa kita gantungkan.
Bahkan untuk memimpin negara saja, seorang Habibie tanpa tedeng aling-aling mengajak kita untuk memilih yang usianya maksimal 60 tahun, dan nyatanya itu terbukti baik.
Sehingga masih kuat untuk mengontrol semua program kerjanya, selain tentu adaptif dengan semua kemajuan teknologi kekinian yang begitu pesatnya.
Setuju bahwa Gibran harus belajar dulu, apalagi bila untuk diproyeksikan untuk pemimpin nasional, dan secara konstitusi pun usianya memang belum memenuhi syarat.
Beda hal untuk periode 2029 dan berikutnya mengapa tidak. Lagipula jaman sudah berubah, dan rakyat semakin tertarik dengan gaya pemimpin milenial yang visioner serta pandai kerja, dan bukan yang hanya pandai berpolitik saja.
Gibran bukan anak ingusan biasa, tapi Gibran yang berarti Gigih dan Berani, diyakini memiliki kecakapan yang dibutuhkan. Begitu pun sang adik bungsunya Kaesang yang bermakna 'Sang Pemimpin,'
yang juga akan segera terjun :
https://youtu.be/fESNTgy3dBo
https://youtu.be/H5SE0w2Oerg
Salam anak ingusan yang keren
Wahyu Sutono
Karena terbukti bila Mas Wali walau benar masih muda, tapi nyata kinerja dan hasilnya luar biasa, sebaliknya yang jauh lebih senior belum tentu bisa lebih baik dari dirinya.
Salah satu prestasinya adalah membuktikan bila pertumbuhan ekonomi Solo melesat di angka 6,25%. Angka kemiskinan Solo berkurang hingga 2.850 jiwa.
Pertumbuhan ekonomi Solo pada 2022 itu diprediksi menjadi yang tertinggi se-Jawa Tengah.
Bahkan angka pertumbuhan ekonomi Kota Bengawan tahun itu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
Realitasnya, berapa persen kepala daerah yang kinerjanya baik? Sementara yang hasilnya jauh di bawah standard justru banyak, walau usia mereka sudah matang dan sudah malang melintang di panggung politik yang penuh intrik.
Sungguh indah bila yang jauh lebih senior dan lebih berpengalaman menjadi mentor bagi yang masih muda-muda.
Seperti halnya Pak Habibie di masa hidupnya, tak segan-segan mendorong yang muda-muda untuk lebih berprestasi.
Seorang Habibie tak mengambil gajinya, karena diperuntukan untuk bea siswa anak-anak muda yang cerdas agar bisa studi lebih tinggi.
Karena di pundak para anak muda potensial itulah harapan kejayaan NKRI bisa kita gantungkan.
Bahkan untuk memimpin negara saja, seorang Habibie tanpa tedeng aling-aling mengajak kita untuk memilih yang usianya maksimal 60 tahun, dan nyatanya itu terbukti baik.
Sehingga masih kuat untuk mengontrol semua program kerjanya, selain tentu adaptif dengan semua kemajuan teknologi kekinian yang begitu pesatnya.
Setuju bahwa Gibran harus belajar dulu, apalagi bila untuk diproyeksikan untuk pemimpin nasional, dan secara konstitusi pun usianya memang belum memenuhi syarat.
Beda hal untuk periode 2029 dan berikutnya mengapa tidak. Lagipula jaman sudah berubah, dan rakyat semakin tertarik dengan gaya pemimpin milenial yang visioner serta pandai kerja, dan bukan yang hanya pandai berpolitik saja.
Gibran bukan anak ingusan biasa, tapi Gibran yang berarti Gigih dan Berani, diyakini memiliki kecakapan yang dibutuhkan. Begitu pun sang adik bungsunya Kaesang yang bermakna 'Sang Pemimpin,'
yang juga akan segera terjun :
https://youtu.be/fESNTgy3dBo
https://youtu.be/H5SE0w2Oerg
Salam anak ingusan yang keren
Wahyu Sutono