QBeritakan.com - Pemilihan teknologi Very High Throughput Satellite (HTS) dengan frekuensi Ka-Band bukan tanpa alasan. Pasalnya di sebagian besar wilayah tertinggal, terdepan dan terluar atau 3T memiliki kondisi geografis yang beragam dan tidak semua dapat terhubung dengan jalur darat.
Penyediaan akses internet satelit langsung yang bisa diterima melalui V-SAT menjadi solusi karena instalasi perangkat internet berbasis satelit relatif lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan BTS atau jaringan kabel serat optik.
SATRIA-1 memiliki kapasitas 150 Gbps yang berguna untuk memberikan akses internet di 150.000 titik layanan publik. Dengan total kapasitas transmisi satelit sebesar 150 Gbps, maka setiap titik layanan akan mendapatkan kapasitas dengan kecepatan sampai 1 Mbps.
Dengan operasi transmisi lewat udara, memungkinkan layanan SATRIA-I menjangkau cakupan wilayah yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Cakupan layanan yang luas akan mampu mengatasi hambatan geografis seperti daratan, gunung, bukit, lembah dan ngarai.
Pembangunan SATRIA-1 telah dimulai sejak Tahun 2019 melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pemenuhan pembiayaan atau financial close Proyek KPBU SATRIA-1 telah tercapai pada 31 Maret 2021.
Operasional SATRIA-1 juga didukung 1 stasiun bumi atau Gateway, antara lain Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura. “Gateway Cikarang akan menjadi lokasi Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer dan Network Operation Control,” ujar Adi Rahman Adiwoso.
Konsorsium PT Satelit Nusantara Tiga sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP) bekerja sama dengan Thales Alenia Space untuk membangun SATRIA-1. Konstruksi dimulai sejak 2020 hingga 2023. Meskipun pandemi, konstruksi SATRIA telah berjalan sesuai rencana. Pengembangan SATRIA-1 juga mellibatkan The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE), Hughes Network Systems (HNS), Kratos dan SpaceX.
Penyediaan akses internet satelit langsung yang bisa diterima melalui V-SAT menjadi solusi karena instalasi perangkat internet berbasis satelit relatif lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan BTS atau jaringan kabel serat optik.
SATRIA-1 memiliki kapasitas 150 Gbps yang berguna untuk memberikan akses internet di 150.000 titik layanan publik. Dengan total kapasitas transmisi satelit sebesar 150 Gbps, maka setiap titik layanan akan mendapatkan kapasitas dengan kecepatan sampai 1 Mbps.
Dengan operasi transmisi lewat udara, memungkinkan layanan SATRIA-I menjangkau cakupan wilayah yang sangat luas dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Cakupan layanan yang luas akan mampu mengatasi hambatan geografis seperti daratan, gunung, bukit, lembah dan ngarai.
Pembangunan SATRIA-1 telah dimulai sejak Tahun 2019 melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Pemenuhan pembiayaan atau financial close Proyek KPBU SATRIA-1 telah tercapai pada 31 Maret 2021.
Operasional SATRIA-1 juga didukung 1 stasiun bumi atau Gateway, antara lain Cikarang, Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura. “Gateway Cikarang akan menjadi lokasi Stasiun Pusat Pengendali Satelit Primer dan Network Operation Control,” ujar Adi Rahman Adiwoso.
Konsorsium PT Satelit Nusantara Tiga sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP) bekerja sama dengan Thales Alenia Space untuk membangun SATRIA-1. Konstruksi dimulai sejak 2020 hingga 2023. Meskipun pandemi, konstruksi SATRIA telah berjalan sesuai rencana. Pengembangan SATRIA-1 juga mellibatkan The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE), Hughes Network Systems (HNS), Kratos dan SpaceX.