QBeritakan.com - Bharada Richard Eliezer iklas dan berani mengaku kesalahannya, serta meminta maaf kepada kedua orang tua Yosua. Lalu iapun menjadi Justice Collaborator yang membuat proses peradilan menjadi lebih lancar, walau benar tetap memerlukan waktu yang panjang.
"Namun sungguh mengejutkan bila pada akhirnya Jaksa Penuntut Umum (JPU) justru menuntut 12 tahun penjara, atau lebih berat dari Putri Chandrawati yang hanya dituntut 8 tahun."
Namun proses hukum ini belum ingkrah, karena semua akan kembali pada putusan akhir, setelah Eliezer mengajukan pleidoi, bahkan bisa berlanjut ke Mahkamah Agung bila ada banding dari Eliezer setelah ada putusan tetap dari hakim.
"Terlebih selama persidangan Eliezer bersikap sopan, kooperatif, tidak berbelit-belit, serta permintaan maafnya pun diterima oleh kedua orang tua Yosua."
Semoga supremasi hukum di tanah air ini bisa menjadi panglima yang memberikan rasa keadilan di tengah masyarakat Indonesia. Untuk itu kami akan terus bersama Bharada Eliezer bukan untuk membela terdakwa, yang dinilai jaksa terbukti dengan sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain sebagaimana dakwaan Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Namun kepastian hukum yang adil itu menjadi semakin penting mengingat masyarakat luas sangat berharap bila berbagai persoalan hukum di Indonesia bisa ditegakan tanpa tebang pilih, serta menjadi tonggak bagi kebangkitan jajaran hukum, termasuk Polri yang tercoreng dengan tragedi berdarah ini, selain kasus lainnya.
Kemudian menanggapi status Eliezer sebagai justice collaborator yang diragukan, telah dijawab oleh Lembaga Perlindungan Saksi Korban (LPSK) bahwa itu sudah sesuai aturan perundang-undangan, yakni Pasal 28 Ayat (2) Undang-Undang 31 Tahun 2014, dimana Bharada E layak jadi justice collaborator karena memenuhi persyaratan yang disebut di Pasal tersebut.
Salam keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia..
Wahyu Sutono
