QBeritakan.com - Terletak di nagari Andaleh kecamatan Batipuh kabupaten Tanah Datar Kayu raksasa bernama Andaleh (Andalas) sebesar 12 lingkar orang dewasa diperkirakan berumur lebih dari 500 tahun itu mempunyai mitos dan legenda yang menjadi cerita turun temurun.
Menurut
cerita masyarakat sekitar pohon Andaleh itu dulunya merupahkan tongkat
seorang ahli ulama yang tinggal dan tumbuh dan menjadi cikal bakal nama
di daerah tersebut.
Hal
itu juga dibenarkan oleh anggota DPRD Tanah Datar sekaligus putra asli
nagari Andaleh Nova Hendria menceritakan hal yang sama apalagi kayu
berukuran raksasa itu satu satunya tumbuh di daerah tesebut.
"Kayu
Andaleh ini memiliki keunikan sendiri menurut penelitian pohon ini
satu-satunya jenis yang berkembang dengan bijinya bisa sudah matang di
terbangkan angin dengan jenis pohon jantan," jelasnya.
Lebih
lanjut Nova Hendria menjelaskan bahwa pohon itu sudah menjadi situs
purbakala yang mempunyai indikator dengan letak pohon berada di pusat
nagari Andaleh.
"Kualitas
kayu Andaleh ini menurut penelitian lebih bagus mutunya dari kayu jati
dan berdasarkan mitos kayu andaleh memiliki musim gugur dan musim semi
dengan berkembang biak dengan biji," sambungnya.
Menurut
Nova Hendria disamping kayu Andaleh nagari tersebut juga memilik
sebutan atau icon sebagai kampung bunga sehingga menunjang untuk menjadi
destinasi wisata disamping air terjun dan tanaman bunga raflesia yang
sering mekar di daerah tersebut.
"Salah
satu keunggulan dari nagari Andaleh disamping alamnya yang indah adalah
kayu Andaleh, kualitas kayunya, tempat kayunya, dan sejarah kayunya dan
salah satu tanaman yang mendukung pengembangan destinasi wisata dan
sebelumnya sudah dibuatkan master plan nya dengan animasi pengerjaannya
dengan dibuatkan DID satu kawasan dan sudah dianggarkan menjadi satu
destinasi dan kampung bunga sudah mendukung progul pemerintah daerah,"
sampai Nova Hendria
Untuk
pengembangan kayu Andaleh tersebut menurut Nova Hendria sudah pernah
dikembangkan oleh kelompok tani Saiyo dan masuk dalam nominasi
kalpataru.
Ketua
kelompok Tani sekaligus Ketua BPRN nagari Andaleh Karrman Dt Cumano
bersama Irwan mendampingi Nova Hendria memberi penjelasan bahwa pernah
diadakan pengembangan biakan kayu raksasa tersebut namun terkendala
dengan ketidak tahuan jenis kelamin dan anggaran sehingga gagal.
"
Budi daya kayu Andaleh termasuk agak sulit karena termasuk dari
pembibitan anakan dan stek sudah di coba kerjasama dengan Unand Padang
dan terkendala dengan budidaya di Singgalang namun pembibitan gagal
karena kendalanya nya belum diketahui jenis kelamin kayu tersebut,"
ujarnya.
Andaleh
termasuk kayu langkah dengan lokasi tumbuhnya dengan radius 5 km
tanaman itu tumbuh sedangkan jenis kayu Andaleh raksasa baru diketahui
tahun 2016 dan sekarang sudah diketahui kayu Andaleh jantan dan betina
dan kapan waktu perkawinannya
"Tingkat
Budi dayanya lebih bagus dari buah dibandingkan dengan stek karena
diiringi dengan bunga yang sangat indah bahkan lebih indah dari bunga
sakura dengan kualitas kayu yang lebih bagus dari surian ataupun kayu
jati.
Karena
pohon Andaleh itu langka dan berkualitas juga satu-satunya tumbuh di
daerah tersebut maka poinnya adalah butuh penangan serius, pemerintah
serius, dinas terkait serius, dana serius dan pembibitan serius
sehingga kayu Andaleh bisa menjadi aset masa depan," sambung Nova
Hendria.
Untuk
Budi daya kayu Andaleh tersebut menurut Karman Membutuhkan anggaran
sekitar 100 juta dengan proses masa panen berkisar lebih diatas 15 tahun
dengan nilai hasil lebih besar dari surian.