QBeritakan.com - JANGAN ABAIKAN AKU "Luka Itu Tak Pernah Benar-Benar Sembuh" |
Aku adalah anak kelima dari 6 bersaudara. Sebagai kakaknya si bungsu
bisa dibilang aku adalah anak bungsu yang posisinya digeser oleh si
bungsu. Dari yang biasanya paling disayang dan diperhatikan tiba-tiba
harus kehilangan itu gara-gara hadirnya si bungsu. Aku tidak
dipersiapkan menerima kehadiran seorang adik dan dipaksa beradaptasi
sendiri kehilangan perhatian dan kasih sayang yang pernah kunikmati
sebelumnya.
Bukannya aku tidak disayang lagi setelah aku punya adik. Tapi tentu saja
disayangnya beda dengan saat masih menjadi si bungsu. Akhirnya aku
dikenal sebagai anak yang tukang ngambek, merajuk. Dikit-dikit
merajuk..dikit-dikit merajuk.
Sampai pernah suatu ketika ibu kesal
menghadapiku yang merajuk akhirnya mengabaikanku sepanjang hari. Tak
perduli mata ku sampai bengkak sembab karena menangis ibu tetap
mengabaikanku. Aku sangat terluka. Sampai sekarang aku tidak ingat apa
sebabnya aku merajuk saat itu, tapi yang kuingat adalah aku terluka oleh
sikap ibu yang mengabaikanku.
Kejadian itu akhirnya melekat dan sangat membekas dalam ingatan dan
selalu perasaanku terluka setiap kali ibu mengabaikanku. Dan itu pula
lah yang membuatku sampai sekarang selalu benci kalau diabaikan oleh
orang yang kucintai.
Semua orang juga begitu ya. Pasti benci lah kalau diabaikan pacarnya.
Terus marah, ngambek..ngomel..atau apalah-apalah.
Kalau aku justru malah
jadi diam. Aku yang biasanya cuek, terbuka, dan periang akan berubah
jadi pendiam dan menutup diri.
Aku yang biasanya percaya diri jadi tidak
percaya diri lagi. Aku jadi tidak yakin pantas untuk dicintai. Mudah
gugup, suka berfikir negatif dan takut akan banyak hal.
Aku merasa
seseorang sedang mengambil tempatku dan perhatian yang seharusnya
untukku sedang beralih padanya. Dan setiap kali sendirian aku jadi
sering menangis.
Kadang tiba-tiba saja menangis seolah aku ini gadis kecil yang ditinggalkan ibunya di belantara yang senyap.
Nah, yang kubenci itu sebenarnya bukan diabaikannya tapi efek yang
timbul karenanya. Sebagai orang dewasa aku seharusnya bisa lebih
bijaksana menerima situasi ketika orang yang kucintai mengabaikan ku.
Iya, aku mengerti dia sibuk, dia tidak bermaksud mengabaikanku, itu
bukan berarti dia tidak mencintaiku, tapi tetaaap saja efek perasaan
diabaikan itu menyerangku. Ah, sungguh lebay..Dan aku benci perasaan
itu.
Biasanya
aku selalu berusaha melawan perasaan ini. Mencoba mengalihkan
perhatian. Mencoba mengubah cara berfikirku. Kadang berhasil. Tapi lebih
sering gagal. Dan aku benci saat gagal mengatasinya.
Luka
itu tak pernah benar-benar sembuh. Pernah kutanya diriku sendiri..apa
yang bisa membuatnya sembuh? Yang langsung terlintas adalah Ibu ku. Cuma
ibu yang bisa menyembuhkannya. Tapi entah, mungkin ibu tak pernah
menyadari kalau aku sampai seperti itu. Yang ibu tau aku anak yang
paling ceria. Selalu riang, nyaris seperti tanpa masalah.
Di hari-hari terakhir hidupnya, aku pernah ingin membahas tentang ini.
Menyelesaikan semuanya. Tapi tak pernah berhasil ku ungkapkan
keinginanku. Dan tak pernah yakin bisa menyelesaikannya. Sampai
sekarang, setiap kali aku merasa diabaikan aku akan merasa seperti ada
perempuan kecil berusia 6 tahun di dalam diriku yang terus merengek
menggapai ibu. Sementara ibu terus berpaling menjauh dan akhirnya gadis
kecil itu menatap hampa tak berdaya. Lalu masuk ke ruang kosong yang
gelap..terduduk sendiri. Bahkan airmatanya tak bisa lagi mengalir. Dan
membiarkan gelap memeluknya. ah..gadis kecil yang malang. Dan aku sangat
benci hal ini.
Kuharap padamu yang pernah mencuri hatiku, jangan abaikan aku. Karena aku benci menjadi sosok lain jika kau melakukannya.
#curcolinimah
#amimustafa