QBeritakan.com - Peringati hari AIDS Sedunia yang jatuh pada setiap tanggal 1 Desember, Universitas Andalas menggelar Forum Group Diskusi di Ruang Sidang Senat Rektorat Lantai 4 Kampus Limau Manis, Jumat (16/12/2022). FGD digelar sebagai bentuk keseriusan Unand dalam menanggapi perilaku menyimpang.
Pada kegiatan ini, dilakukan pembahasan dalam mengenai Perilaku Menyimpang Seks dan HIV-AIDS yang ditinjau dari berbagai aspek dan dipaparkan oleh pakarnya masing-masing, mulai dari medis (Dr. dr. Raveinal, Sp.PD-KAI), aspek budaya (Musra Dahrizal Rajo Mangkuto), aspek hukum (Prof. Dr. Aswirman, MA), hingga psikologi (Nila Anggrainy, M.Psi. Psikolog).
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RS UNAND Dr.dr. Arina Widya Murni,Sp.PD.,K,Psi,FINASIM mengatakan kegiatan FGD tersebut dilatarbelakangi oleh kasus HIV AIDS yang tumbuh diakibatkan oleh perilaku menyimpang.
“60 hingga 70 persen kasus HIV AIDS ini lahir dari perilaku menyimpang. Kalau dulu berkembangnya karena bertukar pasangan dan sebagainya tapi kalau sekarang disebabkan dari LSL,” katanya lagi.
Unand yang memiliki masyarakat 30 ribu orang adalah tempat yang berpotensi terkena kasus ini. Sementara untuk kasus terbanyak adalah di usia reproduksi 20 sampai 35 tahun yang dominan.
“Kita ada kekhawatiran masyarakat yang ada di Unand maupun di sekitar Unand ini tertular HIV AIDS di lingkungan sendiri. Kasus HIV AIDS ini meningkat walaupun AIDS kurang tapi HIV ini meningkat,” tuturnya lagi.
Di 2030 harus ada 3 zero yang merupakan program yang harus dicapai agar tidak ada lagi kasus HIV AIDS yang meresahkan. Diantara poin 3 Zero tersebut adalah tidak ada kasus yang baru, tidak adanya kasus HIV yang tidak terobati, dan tidak ada stigma.
“Kita ingin memberikan cara bagaimana langkah strategis yang harus dilakukan oleh UNAND bagaimana melakukan suatu upaya dalam melindungi internal ataupun masyarakat sekitarnya,” katanya lagi.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Rs.UNAND membuka layanan pasien HIV AIDS bekerjasama dengan LPPM untuk melakukan kajian dengan harapan dapat mengatasi kasus tersebut di Rs.UNAND ini.
“Ada upaya penyembuhan selama ini, tapi diperlukan tindakan preventif bagi warga yang belum pernah terpapar dapat mempertahankan perilakunya.
Perlu memberikan petunjuk promotif preventif untuk masyarakat HIV bisa 5-10 tahun tanpa gejala. Apabila tidak ditindaklanjuti atau penderita tidak meminum obat maka dapat jatuh ke AIDS.
“Aids ini hanya mampu hidup 5 hingga 6 tahun. Aids sering ditemukan kesulitan diatasi dan kami ingin melindungi dan menyelesaikan,” katanya.
RS UNAND akan mulai melakukan pelayanan pada bulan Januari 2023 depan akan mengajukan ke Dinas Kesehatan untuk mengatasi maslaah selanjutnya.
HIV di Sumbar meningkat, di kampus sudah melakukan screening rutin selama 3 tahun terakhir.
Pada kegiatan ini, dilakukan pembahasan dalam mengenai Perilaku Menyimpang Seks dan HIV-AIDS yang ditinjau dari berbagai aspek dan dipaparkan oleh pakarnya masing-masing, mulai dari medis (Dr. dr. Raveinal, Sp.PD-KAI), aspek budaya (Musra Dahrizal Rajo Mangkuto), aspek hukum (Prof. Dr. Aswirman, MA), hingga psikologi (Nila Anggrainy, M.Psi. Psikolog).
Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan RS UNAND Dr.dr. Arina Widya Murni,Sp.PD.,K,Psi,FINASIM mengatakan kegiatan FGD tersebut dilatarbelakangi oleh kasus HIV AIDS yang tumbuh diakibatkan oleh perilaku menyimpang.
“60 hingga 70 persen kasus HIV AIDS ini lahir dari perilaku menyimpang. Kalau dulu berkembangnya karena bertukar pasangan dan sebagainya tapi kalau sekarang disebabkan dari LSL,” katanya lagi.
Unand yang memiliki masyarakat 30 ribu orang adalah tempat yang berpotensi terkena kasus ini. Sementara untuk kasus terbanyak adalah di usia reproduksi 20 sampai 35 tahun yang dominan.
“Kita ada kekhawatiran masyarakat yang ada di Unand maupun di sekitar Unand ini tertular HIV AIDS di lingkungan sendiri. Kasus HIV AIDS ini meningkat walaupun AIDS kurang tapi HIV ini meningkat,” tuturnya lagi.
Di 2030 harus ada 3 zero yang merupakan program yang harus dicapai agar tidak ada lagi kasus HIV AIDS yang meresahkan. Diantara poin 3 Zero tersebut adalah tidak ada kasus yang baru, tidak adanya kasus HIV yang tidak terobati, dan tidak ada stigma.
“Kita ingin memberikan cara bagaimana langkah strategis yang harus dilakukan oleh UNAND bagaimana melakukan suatu upaya dalam melindungi internal ataupun masyarakat sekitarnya,” katanya lagi.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Rs.UNAND membuka layanan pasien HIV AIDS bekerjasama dengan LPPM untuk melakukan kajian dengan harapan dapat mengatasi kasus tersebut di Rs.UNAND ini.
“Ada upaya penyembuhan selama ini, tapi diperlukan tindakan preventif bagi warga yang belum pernah terpapar dapat mempertahankan perilakunya.
Perlu memberikan petunjuk promotif preventif untuk masyarakat HIV bisa 5-10 tahun tanpa gejala. Apabila tidak ditindaklanjuti atau penderita tidak meminum obat maka dapat jatuh ke AIDS.
“Aids ini hanya mampu hidup 5 hingga 6 tahun. Aids sering ditemukan kesulitan diatasi dan kami ingin melindungi dan menyelesaikan,” katanya.
RS UNAND akan mulai melakukan pelayanan pada bulan Januari 2023 depan akan mengajukan ke Dinas Kesehatan untuk mengatasi maslaah selanjutnya.
HIV di Sumbar meningkat, di kampus sudah melakukan screening rutin selama 3 tahun terakhir.
