QBeritakan.com -"Bismillah..." (Cindaku Part 8) : Oleh_Abhenk G-Chaniago
Bakauhuni
pun terdiam, matanya tiba-tiba berbinar senang. Mungkin teringat akan
sepasang kucing yang disayanginya dulu, tetapi ditinggalkannya. Masih
segar diingatannya tak ingin ditinggalkan waktu itu, keduanya tak mau
lepas dari pelukkannya. Namun bakauhuni melepaskan pelukan terakhirnya,
dan pergi berjalan.
Bintang
dan Bulan terus mengikuti dari belakang, bakauhuni tidak mempedulikan
meski hatinya sedih. Akhirnya mereka dipisahkan oleh anak sungai,
bakauhuni masuk kedalam sungai dan menyeberang.
Setelah sampai diseberang dilihatnya Bintang dan Bulan
masih
berada diseberang sana, menatap sendu pada bakauhuni seakan akan
berkata jangan tinggalkan kami. Bakauhuni tak bisa menahan air matanya
melihat sepasang kucing kesayangan diseberang sana mengedip ngedipkan
kedua bola matanya.
"Bintang
dan Bulan! Ayo pulang. Jangan nakal, anak manis harus patuh...!"
Bakauhuni berbicara, dan dengan jalan yang lunglai sepasang kucing itu
pun pergi kembali pulang. Semenjak itu bakauhuni pun tak pernah kembali
pulang, terakhir pulang adalah untuk membunuh gurunya. Akan tetapi dia
tidak melihat kucingnya yang telah dibawa dan dipelihara Syamsul.
"Itu semua juga gara-gara kamu Syamsul!!!"
"Baukauhuni! Sadarlah, jangan lagi kau ikuti hasutan iblis itu!"
"Tidak syamsul! Kau harus mati! Setelah kau mati baru tenang rasanya jiwa dan raga ini!"
"Jiwa?
Apa kau masih punya jiwa, kalau begitu ayok kembalilah..." pak syamsul
kembali merentangkan tangannya dan mengajak bakauhuni.
"Tidak!!!
Grrrkkkkk!!!" Bakauhuni pun menerjang begitu cepatnya kearahku. Entah
ada salah apa aku padanya sehingga begitu berniatnya untuk menghabisiku.
"Lariiiiii!
Jangan diam saja disitu!!!" Suara Pak syamsul berteriak dengan kerasnya
mengingatkan agar lari dari tepi jurang terjal yang mana dibawanya
bebatuan tajam siap menanti jika aku terpeleset kebelakang, aku pun
tersadar dari lamunan.
Aku
semangkin gemetar. Sementara cindaku jaraknya semangkin dekat denganku,
menyeringai mengerikan. Terlihat taringnya yang begitu tajam dan siap
mencabik-cabikku, aku dalam hitungan beberapa detik lagi akan mati dan
mati!
Namun
aku terus berusaha sekuat tenaga melangkahkan kakiku, tetap saja tak
bisa digerakkan. Tiba tiba cindaku itu melompat siap menerkamku, tubunya
begitu enteng dan ringannya. Kuku depannya yang runcing dan tajam itu
keluar dan siapa menerkam, beberapa senti lagi akan menerkam leherku.
"Kau
juga harus mati bocah tengil dan sok jago! Jika saja kau tidak berhenti
dan tidur di bawah bukit itu maka aku akan leluasa membunuh korban
korban lainnya dengan alasan dibegal! Tapi setelah begal itu tertangkap
dan mengakui itu bukanlah perbuatan mereka aku jadi sulit untuk
menghilangkan jejak dan mencari korban!!!"
"Bakauhuni! Hentikan!" Pak syamsul kembali mencegah, tapi sudah terlambat. Cindaku itu terus menerjang kearahku.
Bersambung>>>
●Bakauhuni