Cerbung_Oleh Abhenk G-Chaniago
QBeritakan.com - Sesampai didapur bagas melihat sumi bediri kaku, tapi kedua tangan dipinggang dan kepalanya bergeleng-geleng kecil.
QBeritakan.com - Sesampai didapur bagas melihat sumi bediri kaku, tapi kedua tangan dipinggang dan kepalanya bergeleng-geleng kecil.
"Ini dapur apa kapal pecah sih mas?" Sahut sumi yang ternyata berteriak melihat piring dan gelas kotor tidak pada tempatnya, kertas bungkus nasi pun berserakan dan mengeluarkan aroma tak sedap.
"Dapur mbak" jawab bagas masih belum paham dengan pertanyaan sumi.
"Iya saya tau, ini dapur! Tapi kok seperti kapal pecah begini berantakan! Ini nih wanita zaman sekarang demi mendapatkan uang tambahan lalai pada tugas dan kodratnya!" Sumi yang baru hitungan menit dikenal bagas bicara berapi-api sambil mengacung ngacungkan jarinya.
"Mbak, saya laki mbak! Bukan perempuan!" Bagas semangkin bingung, wajahnya pun melongo.
"Iya, mas mah laki saya tau! Istrinya maksud saya, pasti cantik ini perempuan. Makanya cari istri ndak usah cantik cantik dan wanita karier, ini nih akibatnya! Ndak perlu cantik dan karieran kalau cari istri itu, sederhana saja. Penting setia dan pintar ngerawat suami juga pintar ngerawat suami selain itu pintar menata ruangan, abis itu rajin bersih-bersih. Cantik dan karieran itu bonus!"
Sumi semangkin tinggi nada bicaranya, bagas yang mulai paham kemana arah bicara sumi tersenyum geli jadinya.
"Udah ceramahnya mbak?" Ujarnya setelah sumi berhenti bicara, nafasnya pun seperti menahan sesak.
"Sudah, silakan bicara dan bela itu istrinya yang entah secantika apa!" Jawab sumi, wajahnya yang dibalut hijab berwarna merah muda itu terlihat cemberut dan manyun.
"Ya, terima kasih. Mbak,,, sini saya bisikin!" Bagas mendekatkan wajahnya kearah kuping sumi.
"HEi! Apa apaan ini, ndak!" Sumi mengelak dan menjauh dari bagas beberapa langkah, panik. Matanya pun melotot memerah, tatapannya seolah mengancam jangan main main dan jangan menggunakan kesempatan dalam dapur.
Bagas tersenyum melihat sumi, tapi senyuman itu menjijikkan bagi sumi dan membuat merinding. Langkahnya makin menyurut kebelakang dan pasang kuda-kuda bagaikan pendekar dunia persilatan, tangan pun siap menghantam jika sesuatu yang membahayakan dirinya terjadi.
"Mbak! Saya masih jomblo!" Bagas buka suara.
"Ndak ndak! Sana pergi! Jangan kurang ajar!" Sumi yang niat awalnya mau membuat kopi semangkin panik.
"Mau jomblo atau tidak tetap saja tak sudi saya, emang saya cewek apaan?" Sumi kembali menyambung bicaranya, nafasnya turun naik.
"Mbak... maksud saya, saya belum punya istri mbak! Jadi tidak perlu juga marah-marah kepada wanita karier entah siapa itu!" Bagas menerangkan dengan roman wajah serius kepada sumi, ingin berisik tadi hanya pura-pura saja.
"Jiahhhhh???" Sumi yang mulanya tampak garang dan ganas bernafas lega, ternyata bagas tidak berbuat aneh seperti yang dibayangkan.
"Iya, ndak usah jugabseperti pendekar gitu. Jadi gak bikin kopi ini? Melihat dapur berantakan begini doang seperti orang melihat hantu! Beeeii.." Bagas meledek sumi.
Sumi pun nyengir kuda, kemudian membuat dua gelas kopi hangat. Satu gelasnya ukuran jumbo, untuk dirinya. Sementara bagas kebagian gelas biasa. Hujan diluar sana masih turun, dan semakin deras.
***
Bersambung