QBeritakan.com - Krisis moneter menerjang Indonesia pada 1997. Banyak perusahaan gulung tikar, ribuan PHK terjadi. Salah satu di antara ribuan karyawan tersebut adalah Sandiaga Salahuddin Uno.
Sandi sempat menjadi pengangguran dan ditolak hampir 25 perusahaan. Ia pun terpaksa kembali ke Indonesia sebagai pengangguran dan sempat tinggal kembali bersama orang tuanya.
Namun, bukan Sandi Uno namanya jika menyerah tanpa hasil. Merasa jalannya bukan menjadi karyawan, plus kondisi saat itu banyak perusahaan yang tak memerlukan karyawan. Ia banting setir untuk bangkit dari 0, menjalani awal kariernya menjadi seorang pengusaha.
Apa yang dikerjakan oleh Sandi tak hanya modal nekat. Keputusannya banting setir jadi pengusaha dari hasil dari ekstraksi pengetahuan yang didapat selama bersekolah dan pengalamannya bekerja di beberapa perusahaan.
Langkah awal Sandi menapaki dunia usaha, ketika mengajak teman SMA-nya, Rosan Perkasa Roeslani untuk mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penasihat keuangan yang dinamai dengan PT Recapital Advisor.
Ia kembali mengembangkan bisnisnya yang lain setahun kemudian. Di akhir 1998 Sandi mendirikan sebuah perusahaan investasi yang dikembangkan hingga sekarang: PT Saratoga Investama Sedaya. Kali itu ia mengajak Edwin Soeryadjaya, putra dari William Soeryadjaya sang pendiri Astra. Perusahaan yang bergerak di bidang produk kehutanan, telekomunikasi, dan pertambangan tersebut berkembang pesat dan semakin melambungkan nama Sandi di jajaran pengusaha muda Indonesia.
Cara bisnis Sandi lewat PT Saratoga Investama Sedaya, yaitu menghimpun modal investor untuk mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masalah keuangan. Krisis 1997/1998 yang pada awalnya sebagai musibah PHK justru jadi berkah.
Sandi punya bekal jaringan yang luas dan kemampuan manajemen yang bagus, perusahaan Sandi bisa memegang kepercayaan kliennya dengan baik, yaitu dengan membenahi perusahaan hasil akuisisi menjadi lebih baik hingga berkinerja normal kembali. Saat sudah sehat, aset perusahaan tersebut bisa naik menjadi tinggi lagi.
Sudah ada sekitar 12 perusahaan yang ditangani Sandi hingga tahun 2009 yang sudah berinerja baik kembali antara lain PT Astra Microtronics, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Dipasena Citra Darmaja.
Rekam jejak yang positif ini, membawa Sandi dipercaya untuk menjadi ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode tahun 2005-2008. Sejak 2004 Sandi juga dipercaya untuk menjadi Ketua Komite Tetap Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Jabatan di Kadin sangat cocok untuk Sandi yang memiliki fokus serta kepedulian tinggi terhadap dunia UMKM di Indonesia. Di berbagai kesempatan untuk berbicara dan menjadi motivasi bisnis, Sandi sering menyinggung pentingnya UMKM yang cocok untuk menjadi fondasi perekonomian negeri sebab dinilai tahan banting walaupun krisis ekonomi menerjang.
Menurut Sandi, para pelaku kewirausahaan juga tak harus keluar dari pekerjaannya sebagai karyawan. Walaupun sedang bekerja di perusahaan, seorang wirausahawan bisa tetap berkreasi dan berinovasi asal mau meluangkan waktu dan tenaganya. Baginya yang terpenting dalam berwirausaha adalah soal kesuksesan dalam mengembangkan usaha, dan hal tersebut tak ada kaitannya dengan gelar pendidikan. Apalagi seorang lulusan pendidikan formal tingkat tinggi pun tak menjamin bisa mengerti substansi dari kewirausahaan itu sendiri, yaitu tentang pentingnya bekerja sama dengan orang lain. Kewirausahaan juga mesti mempertimbangkan asas manfaat sebesar-besarnya untuk orang banyak, bukan hanya egois untuk menumpuk kekayaan pribadi.
Kerja kerasnya berbuah manis, total kekayaan sebesar US$ 400 juta di 2009, sehingga ia dimasukkan oleh Majalah Forbes ke dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia, dan Sandi berhasil bertengger di peringkat ke-29. Sedangkan di tahun 2011, posisinya tergelincir ke posisi ke-37, walaupun kekayaannya justru bertambah, yaitu sebesar US$ 660 juta.
Petualangannya tak berakhir di dunia bisnis. Setelah beragam manuver pembelian perusahaan beserta saham yang makin meningkatkan jumlah kekayaan pribadinya, Sandi memutuskan untuk masuk ke dunia politik. Partai Gerinda menjadi pelabuhan awalnya. Pada 10 Juni 2015 Sandi resmi mengundurkan diri sebagai Direktur Utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Ia ingin fokus di jabatan barunya sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Untuk itu, posisinya di Saratoga digantikan oleh rekannya Edwin Soeryadjaya, yaitu Michael Soeryadjaya.
Sampai kini Sandi masih konsisten menyemangati anak muda Indonesia untuk mengikuti jejaknya menjadi pengusaha sukses sedari muda. Di sela-sela aktivitasnya yang padat itu, ia masih hobi melakukan beberapa kegiatan olahraga seperti basket dan golf, sembari meluangan waktu bersama anak dan istrinya. Kini, dunia baru sudah di depan mata, keputusan masuk dunia politik akhirnya jadi pilihan. Sandi terpilih menjadi wakil gubernur DKI Jakarta mendampingi Anies Baswedan.
Karier politiknya tak berhenti sampai di situ. Pada 9 Agustus 2018, Sandiaga Salahuddin Uno resmi ditetapkan sebagai calon wakil presiden bersama Prabowo Subianto untuk maju di Pemilihan Presiden 2019. Mengingat kembali jabatan Sandi Uno sekarang adalah seorang Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, dia akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, sekaligus sebagai kader Gerindra.
Setelah kalah dari Pilpres 2019, setahun kemudian Sandiaga Uno diangkat menjadi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) dan menjadi bagian dari Kabinet Indonesia Maju di bawah pimpinan Presiden Joko Widodo. Sandiaga dilantik oleh presiden pada 23 Desember 2020 menggantikan posisi Wishnutama.