QBeritakan.com -"Bismillah..." (Cindaku Part 3) : Oleh_Abhenk G-Chaniago
Oleh_Abhenk G-Chaniago,
Oleh_Abhenk G-Chaniago,
Jeep
terus mendaki jalan sedikit mendaki, tidak lama kemudian sampai
didataran berbatuan, tidak ada satu pun pohon yang tumbuh disana.
Dataran itu berbatuan itu hanya ditumbuhi rumput liar dan ilalang,
dataran itu bagus dan cocok untuk kemping.
Diujungnya
terbentang jurang yang cukup curam dan dalam sepertinya, pemukiman
penduduk dan jalan berliku terlihat jelas dari atasnya. Indah sekali,
ditambah kebun teh yang menghijau bagaikan bentangan permadani alam.
"Ayok turun, dan pegang ini buat berjaga-jaga!" Pak syamsul mengajakku untuk turun dan memberiku sebilah belati.
Angin
bertiup membuat ilalang seakan akan menari-nari sebagai persembahan
menyambut kedatangan kami. Diatas dataran itu benar-benar sunyi dan
hening.
"Ayok kita kesana!" Kata pak syamsul
sambil menyulut rokoknya dan memberikannya kepadaku, aku pun mengambil
bungkus rokok yang baru saja dibukanya. Aku menyulut sebatang rokok.
"Tumben
sepi dan hening malam ini ya?" Pak syamsul seperti bertanya pada
dirinya sendiri, dan terus berjala menuju arah yang ditujuknya tadi.
Didepan sana sepertinya ada hutan yang tidak begitu lebat, tapi tampak
gelap didalamnya dikarenakan cahaya rembulan tidak masuk menembus
dedaunan pepohonan.
Kami terus memasuki hutan
itu, semangkin masuk kedalan semangkin gelap. Aku mengikuti pak syamsul
dari belakang. Tiba tiba dia meberi isyarat untuk menghentikan langkah,
aku pun perhenti.
Beberapa meter didepan
terdengar bunyi ranting dinjak kaki, aku pun siap siaga. Itu pasti suara
kaki babi hutan, dan pak syamsul pun mengarahkan senapannya kedepan.
Cahaya lasernya menyapu setiap jengkal benda yang ada disana, tidak
terlihat apa-apa. Tidak lama kemudian bunyi ranting di injak kaki
terdengar kembali, kali ini suaranya terdengar dekat didepan agak kekiri
kami.
Pak syamsul pun memutar badannya kekiri, dan menarik tanganku agar tetap berada dibelakang.
"Srrrrakkkkk!!!! Grrrrkkk!" Tiba tiba semak disamping kiri terkuak dan terdengar bunyi menggeram.
"Merunduk!!!"
Seru pak syamsul padaku, aku pun menunduk. Tepat diatas kepalaku terasa
ada angin dan sekelebat bayangan melintas begitu cepatnya. Tidak jelas
sosok apa, yang jelas bukanlah babi hutan.
"Tahan nafas, jangan bergerak!" Kembali pak syamsul mengingatkanku.
"Aduhhhh!" Tiba-tiba telapak tanganku terasa perih dan panas.
"Hupp! Diam!" Pak syamsul dengan cepat menyekap mulutku dengan tangannya.
"Huf
huf hufff!" Nafsaku terasa sesak. Aku melihat kebawah, tenyata
tanganku tepat berada dijejeran semut. Semut api! Aku pun mengangakat
tanganku dengan cepat dan beberap semut api masih bertengger dipunggung
telapak tanganku.
"Tahan saja rasa sakitnya, sebenar juga hilang!" Begitu kata pak syamsul setelah mengetahui penyebab aku mengaduh kesakitan.
"Aduhhhhh!
Pakkk!!! " Aku kembali menjerit kesakitan, aku pun berdiri dan berlari
kearah semula, betisku seperti ditusuk besi panas dan sakit sekali.
***
Bersambung>>>
●Bakauhuni